Untuk produk panel Indonesia, kata dia, pihaknya berkomitmen untuk lebih mempromosikan penggunaan kayu perkebunan sebagai bahan baku utama. Panel berbasis hutan alam akan didedikasikan untuk pasar khusus.
"Selain pengerjaan kayu, kami juga melihat potensi signifikan untuk perluasan pasar furnitur, kertas, dan produk energi biomassa," ujarnya.
Dari data APHI ekspor produk kayu Indonesia pada tahun 2024 mencapai USD12,63 miliar dengan kontribusi utama produk panel kayu dan furnitur, didorong oleh Sistem Verifikasi Legalitas dan Keberlanjutan Kayu (SVLK) yang menjamin keberlanjutan dan legalitas. Negara tujuan utama ekspor produk kayu Indonesia adalah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, Uni Eropa, dan Korea. Jepang telah lama menjadi mitra dagang yang sangat strategis bagi ekspor produk kayu Indonesia sejak 1990-an.
Di sesi Produk Hutan, para pelaku usaha dan pemangku kepentingan membahas tingginya minat pasar Jepang terhadap produk bambu Indonesia. Untuk diketahui, Jepang saat ini menjadi pasar ekspor terbesar kedua untuk furnitur dan kerajinan Indonesia (6,39 persen) setelah AS.
Namun, potensi masih sangat luas untuk digarap, terutama dengan hadirnya skema SVLK Plus yang telah diluncurkan pada Desember 2024, dengan penambahan indikator transparansi dan traceability guna meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.