"Terlebih, saham bank BRI ini bisa melonjak ke Rp4.750 sangat signifikan pada hari pertama perdagangan usai aksi korporasi. Itu masih kena," ujarnya optimistis.
Terkait aksi para investor tersebut, Edhi pun tak memungkiri strategi investor untuk menyerap HMETD akan beragam. Baik menjual saham induk seluruhnya maupun sebagian. Namun, menurutnya tidak akan ada isu perebutan dana di antara emiten karena maraknya rights issue. Sebab dana yang tersedia lebih dari cukup baik di sisi investor maupun simpanan di perbankan.
"Lagi pula, nilai bursa efek per GDP kita juga belum menyentuh 100%, baru sekitar 50% saja. Jadi masih ada potensi yang cukup besar untuk dana lebih banyak masuk lagi ke bursa saham," ujarnya.
Penyerapan rights issue BRI yang sangat positif saat maraknya aksi korporasi di pasar modal dinilai wajar ketika investor publik berpikir rasional. Pasalnya, menurut Penasehat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang, investor akan melihat alasan utama ditempuhnya aksi korporasi tersebut.
Edwin mengatakan, ada beberapa sebab yang mendasari emiten melakukan rights issue tahun ini. Seperti pemenuhan kebutuhan modal kerja, pendanaan ekspansi bisnis, ada pula untuk kebutuhan membayar utang. Adapun BRI akan menggunakan dananya untuk permodalan sumber pertumbuhan baru yang sangat menjanjikan ke depan melalui Holding UMi.