Beban pokok perusahaan melandai mengekor penurunan pendapatan usaha, sehingga tercipta laba kotor senilai Rp851,72 miliar. Sayangnya, ini terpangkas habis oleh sederet beban administrasi hingga penjualan.
Namun WSKT masih tertolong berkat pendapatan lain-lain senilai Rp1,49 triliun. Ini adalah pendapatan non-operasional mencakup restrukturisasi utang, proyek yang selesai, hingga selisih estimasi akrual. Satu contohnya adalah keuntungan atas modifikasi utang yang memberi pemasukan Rp2,25 triliun.
Hal ini membuat entitas BUMN Karya ini mencatatkan laba sebelum pajak senilai Rp924,56 miliar. Namun ini belum selesai, karena perusahaan masih menanggung biaya keuangan hingga kerugian atas entitas asosiasi dan ventura, sehingga tercipta rugi sebelum pajak senilai Rp3,77 triliun.
Dari sisi balance sheet, terlihat penurunan ekuitas sebesar 18,55% yoy akibat peningkatan jumlah defisit rugi. Jumlah kewajiban pembayaran utang atau liabilitas tak banyak berubah di angka Rp83,9 triliun, sehingga nilai aset yang dicatatkan mencapai Rp95,59 triliun.
Kas yang digenggam pada akhir 2023 mencapai Rp1,34 triliun, terkuras Rp880 miliar dari awal tahun seiring pembayaran beban keuangan, hingga pengeluaran untuk aktivitas investasi.
(FAY)