IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah pada awal pekan perdagangan, Selasa (29/7/2025). Rupiah terdepresiasi 45,5 poin atau sekitar 0,28 persen ke level Rp16.409 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pasar merespons positif kerangka kerja perdagangan akhir pekan antara AS dan Uni Eropa yang menetapkan tarif dasar 15 persen untuk sebagian besar impor Uni Eropa, turun dari ancaman sebelumnya hingga 30 persen atau lebih tinggi. Namun, ia mengingatkan,
"Kesepakatan itu awalnya menopang sentimen risiko global, tetapi para analis memperingatkan bahwa kenaikan tarif dari level terendah dalam sejarah dapat membebani pertumbuhan dan inflasi global," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (29/7/2025).
Sementara itu, para pejabat perdagangan AS dan China bertemu di Stockholm pada Senin dalam putaran negosiasi ketiga yang bertujuan untuk memperpanjang jeda 90 hari terkait eskalasi tarif yang ditetapkan pada Mei.
Meskipun terdapat kemajuan perdagangan yang terlihat, sentimen tetap rapuh karena perusahaan dan investor mempertimbangkan bagaimana tarif dasar yang lebih tinggi dan ketidakpastian seputar tenggat waktu AS pada 1 Agustus dapat menghambat pertumbuhan dan margin keuntungan.
Selain faktor perdagangan, Presiden AS Donald Trump juga meningkatkan ketegangan geopolitik dengan mengurangi tenggat bagi Rusia untuk mencapai kemajuan dalam mengakhiri perang di Ukraina menjadi hanya 10 atau 12 hari. Dia memperingatkan sanksi jika Rusia gagal merespons, yang memicu kekhawatiran tentang gangguan aliran minyak Rusia dan pengetatan ekspektasi pasokan.
Pasar juga mencermati keputusan kebijakan bank sentral utama. Federal Reserve AS memulai pertemuan dua hari pada hari Selasa. Investor memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga minggu ini, tetapi menantikan panduan terbaru mengenai inflasi dan apakah penurunan suku bunga akan menyusul di kemudian hari.
Pasar memperkirakan bank sentral akan menawarkan prakiraan ekonomi yang kurang pesimistis menyusul perjanjian perdagangan minggu lalu dengan AS, yang mengindikasikan kenaikan suku bunga dapat dilanjutkan akhir tahun ini.
Dari sentimen domestik, Kementerian Investasi dan Hilirisasi mencatat realisasi investasi RI pada kuartal II-2025 mencapai Rp477,7 triliun. Capaian realisasi ini tumbuh 11,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY).
Capaian investasi tersebut setara 25,1 persen dari target investasi nasional 2025 yang sebesar Rp1.905,6 triliun. Investasi ini juga berhasil menyerap 665.764 tenaga kerja.
"Penyerapan tenaga kerja yang terjadi dari hasil investasi yang masuk di kuartal II 2025 ini adalah 665.764 orang,” kata Rosan, dalam konferensi pers, Selasa (29/7/2025).
Dari total realisasi tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat sebesar Rp202,2 triliun atau 42,3 persen dari total, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp275,5 triliun atau 57,7 persen.
Kementerian Investasi juga mencatat investasi di luar Pulau Jawa mendominasi dengan nilai Rp240,2 triliun atau 50,3 persen dari total, sedangkan investasi di Pulau Jawa sebesar Rp237,5 triliun atau 49,7 persen.
Meskipun demikian, capaian realisasi investasi tersebut masih di bawah 50 persen dari target yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto. Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto menargetkan total investasi baru tahun ini mencapai Rp1.905,6 triliun.
Angka tersebut naik 15,49 persen dari target pemerintahan sebelumnya senilai Rp1.650 triliun. Adapun investasi dari dalam negeri mendominasi sebesar 54,1 persen atau senilai Rp510,3 triliun.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.400 - Rp16.450 per USD.
(NIA DEVIYANA)