Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar USD5,83 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).
Sebelumnya, data Manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dalam laporan S&P Global Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia turun ke level 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4. Angka dan terendah kedua sejak Agustus 2021 yang menunjukkan penurunan sektor produksi.
Penurunan ini didorong oleh penurunan solid pada kondisi operasional pada pertengahan 2025 yang ditunjukkan dari penurunan output, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan. Penyebab utama penurunan adalah penurunan tajam permintaan atas barang produksi Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.130 - Rp16.190 per dolar AS.
(NIA DEVIYANA)