Di sisi lain, Presiden China Xi Jinping memiliki visi untuk "tatanan global baru" yang memprioritaskan "Global Selatan" memicu kekhawatiran geopolitik.
Di tengah sentimen negatif global, data ekonomi domestik memberikan dukungan bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD4,17 miliar pada Juli 2025, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) memandang surplus ini positif dalam menopang ketahanan eksternal perekonomian. Peningkatan ekspor non-migas menjadi USD23,81 miliar menjadi pendorong utama, terutama didukung oleh ekspor sumber daya alam dan produk manufaktur seperti besi dan baja.
China, AS, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor non-migas Indonesia. Meskipun demikian, neraca perdagangan migas masih mengalami defisit sebesar USD1,58 miliar pada Juli 2025, seiring meningkatnya impor migas.
BI menegaskan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain untuk menjaga ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.