IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Rabu (10/9/2025). Rupiah naik 12 poin atau sekitar 0,07 persen, berada di level Rp16.469 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen yang menekan dolar AS yaitu statistik ketenagakerjaan yang mengungkapkan perekonomian telah menciptakan 911.000 lebih sedikit lapangan kerja selama setahun terakhir dibandingkan perkiraan sebelumnya, sebuah tanda melemahnya pertumbuhan penggajian dan melemahnya pasar tenaga kerja.
"Hal ini semakin memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin, dengan kemungkinan kecil penurunan sebesar 50 basis poin," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Namun, data inflasi utama AS untuk bulan Agustus akan menguji spekulasi pemangkasan suku bunga minggu ini. Inflasi PPI akan dirilis pada Rabu, sementara data inflasi IHK akan dirilis pada Kamis.
Data inflasi bulan Agustus akan diawasi secara ketat untuk melihat tanda-tanda peningkatan tekanan harga, mengingat sebagian besar tarif perdagangan Trump mulai berlaku bulan lalu.
Di sisi lain, masalah geopolitik turut memengaruhi mata uang. Israel mengatakan pada Selasa malam bahwa mereka telah menyerang pimpinan Hamas di Doha, yang memicu kecaman dari para pejabat Qatar dan AS atas kekhawatiran bahwa langkah tersebut dapat menggagalkan perundingan damai yang sedang berlangsung.
Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia "sangat tidak senang" dengan serangan tersebut dan mengatakan akan mengeluarkan pernyataan lengkap pada Rabu ini.
Serangan Israel kini membuat perundingan damai dengan Hamas di masa mendatang menjadi tidak pasti, membuka pintu bagi aksi militer lanjutan oleh Yerusalem terhadap kelompok Palestina tersebut. Sebagian besar tindakan ini diarahkan ke Jalur Gaza, membuat pasar gelisah karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Dari sentimen internal, pemerintah berkomitmen untuk menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 39 persen. Sejauh ini rasio utang masih terjaga di level aman.
Namun menurutnya, pemerintah bukan mengejar naik atau turunnya rasio utang, melainkan mengejar pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih cepat dan PDB bertambah besar, maka dengan sendirinya rasio utang akan turun.
Terkait dukungan dari sisi moneter, perlu ada sinergi kebijakan fiskal dan moneter agar tidak menekan sistem perbankan. Arah kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat daya tahan perekonomian sekaligus menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat dalam jangka menengah, agar tetap menjaga defisit APBN di rentang maksimal 3 persen.
Untuk meningkatkan batas defisit APBN dari 3 persen, pemerintah akan melihat perkembangan ekonomi ke depan terlebih dahulu, apalagi sudah jelas di dalam Undang-undang ditetapkan batas maksimal defisit anggaran ada di 3 persen.
Selain itu, pemerintah tengah menyiapkan stimulus tambahan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Masalah utama terletak pada pelaksanaan program pemerintah yang masih berjalan lambat.
Percepatan realisasi belanja dan program prioritas diharapkan mampu memberikan dorongan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional dalam waktu dekat.
Berdasarkan seluruh analisis tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.420-Rp16.470 per dolar AS pada perdagangan selanjutnya.
(Febrina Ratna Iskana)