"Jika rupiah melemah, kemampuan pengembang untuk membayar utang dolar AS akan lebih lemah karena jumlah pokok dan beban bunga akan meningkat dalam rupiah," tulis analis Moody's, dikutip dari Business Times Singapura.
Namun, menurut penelitan mereka, 4 dari 6 pengembang properti di Indonesia telah meninggalkan proporsi utang tanpa lindung nilai selama 2 tahun terakhir. Moody;s mencatat sebagian besar para pengembang memiliki lindung nilai keuangan dalam bentuk fasilitas call spread option non-deliverable untuk melindungi jumlah pokok utang dolar AS mereka.
Adapun sebagian besar pengembang properti -dalam catatan mereka tidak memiliki utang dolar AS yang jatuh tempo selama 12 hingga 18 bulan ke depan.
Dari sejumlah emiten yang dinilai, Moody's berekspektasi PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) akan menjadi perusahaan properti yang paling terlindungi dari pelemahan rupiah karena kepemilikan tunai dolar AS sebesar USD150 juta.
Bumi Serpong (BSDE) juga dipandang memiliki saldo kas rupiah yang besar dengan menyediakan penyangga yang cukup, sementara Modernland Realty (MDLN) juga tidak memiliki eksposur pembayaran bunga pada tahun 2022.