IDXChannel - Nilai tukar rupiah mengakhiri pekan ini dengan performa positif. Mata uang Garuda mencatatkan penguatan sebesar 0,6 persen terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak dari Rp16.401 per dolar AS pada Senin (4/8/2025) dan ditutup pada level Rp16.292 pada Jumat (8/8/2025).
Penguatan ini juga terlihat pada nilai tukar rupiah Jisdor, yang menguat 1,18 persen dalam sepekan, mencapai Rp16.299 per dolar AS. Secara harian, rupiah spot terapresiasi 0,04 persen, sedangkan Jisdor naik 1,33 persen.
Namun, penguatan rupiah ini kontras dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia. Hanya rupee yang berhasil menguat tipis 0,05 persen terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat.
Mata uang lainnya seperti yen Jepang, won Korea, dan dolar Taiwan melemah harian paling dalam, masing-masing sebesar 0,37 persen, 0,34 persen, dan 0,26 persen.
Ringgit Malaysia, dolar Singapura, peso Filipina, baht Thailand, dan yuan China juga tercatat melemah.
Indeks dolar DXY yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia hari ini melemah 0,15 persen ke 98,25. Dalam sepekan, indeks dolar telah melemah 0,9 persen.
Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, para pelaku memperhatikan pidato para pejabat Federal Reserve (The Fed), untuk mendapatkan isyarat tentang langkah bank sentral selanjutnya.
"Pada hari Kamis Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, menegaskan kembali pandangannya bahwa satu kali pemotongan suku bunga sudah tepat untuk tahun ini, tetapi menambahkan bahwa masih banyak data yang harus ditunggu sebelum pertemuan berikutnya," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (8/8/2025).
Spekulasi pemotongan suku bunga semakin menguat setelah laporan Bloomberg menyebut bahwa Gubernur The Fed, Christopher Waller, merupakan pilihan utama Presiden AS Donald Trump untuk menggantikan Ketua The Fed saat ini, Jerome Powell.
Waller sendiri merupakan salah satu dari dua anggota dewan The Fed yang memberikan suara untuk penurunan suku bunga pada Juli, sejalan dengan tuntutan Trump.
Selain itu, kebijakan tarif baru Trump terhadap industri minyak Rusia, khususnya pengenaan tarif tinggi terhadap India, memicu kekhawatiran gangguan ekonomi global yang berpotensi menekan permintaan minyak.
Dari sisi domestik, Ibrahim menjelaskan kekuatan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada permintaan internal, dengan konsumsi dan investasi (PMTB) menyumbang 90 persen dari PDB pada Juni 2025.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 5–6 persen, yang membutuhkan strategi seimbang antara sektor pemerintah dan swasta sebagai dua mesin penggerak utama.
Dengan mempertimbangkan berbagai analisis tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan berikutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam kisaran Rp16.280 - Rp16.330 per dolar AS.
(Febrina Ratna Iskana)