sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Adaro Andalan (AADI) Rebound 3 Persen, Akhiri Pelemahan 3 Hari

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
07/01/2025 11:05 WIB
Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pulih pada Selasa (7/1/2025) usai melemah 3 hari beruntun.
Saham Adaro Andalan (AADI) Rebound 3 Persen, Akhiri Pelemahan 3 Hari. (Foto: Freepik)
Saham Adaro Andalan (AADI) Rebound 3 Persen, Akhiri Pelemahan 3 Hari. (Foto: Freepik)

Sucor memproyeksikan laba AADI pada 2025 mencapai USD888 juta, dengan valuasi premium Rp30.100 per saham, memiliki potensi naik (upside) 442 persen dari harga IPO Rp5.550. Tiga katalis utama adalah ketegangan geopolitik, potensi masuk MSCI, dan regulasi pendukung sektor energi.

Dengan PE hanya 2,3 kali proyeksi 2024, AADI dinilai undervalued dan berpotensi mengalami re-rating signifikan, didorong momentum positif di pasar batu bara.

AADI dinilai mampu mempertahankan daya saing meski prospek harga batu bara diperkirakan melemah dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut riset analis CGS International (CGSI) Indonesia, yang terbit pada 19 Desember 2024, emiten batu bara termal dengan struktur biaya rendah ini mencatatkan margin kas tertinggi dibandingkan para pesaingnya, yakni mencapai 44 persen pada 2023.

AADI baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 5 Desember lalu.

AADI, yang mengelola batu bara berkalori menengah (4.200-5.000 kcal per kg), mencatat rasio pengupasan (strip ratio) sebesar 4,5 kali—jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 10 kali. Hal ini, kata analis CGSI, menjadi kunci efisiensi biaya yang membuat AADI unggul, terutama saat harga batu bara melemah.

Namun, prospek ke depan menghadapi tantangan. CGSI memperkirakan harga batu bara akan turun menjadi USD110 per ton pada 2025 dan USD95 per ton pada 2026, dibandingkan proyeksi USD135 per ton tahun ini.

Akibatnya, pendapatan AADI diperkirakan menurun masing-masing 16 persen dan 11 persen pada 2025 dan 2026.

Dari sisi produksi, AADI diperkirakan mampu meningkatkan output hingga 68,3 juta ton pada 2026, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba inti diproyeksikan turun menjadi USD756 juta pada 2025 dan USD645 juta pada 2026.

Untuk pembagian dividen, CGSI memperkirakan AADI menerapkan payout ratio 40 persen pada 2025-2026, menghasilkan imbal hasil dividen sekitar 5,9-7 persen, di bawah rata-rata industri sebesar 6-9,5 persen.

Dalam skenario optimistis, rasio pembayaran dividen bisa mencapai 55 persen, sedangkan skenario pesimistis menyebut potensi penurunan hingga 25 persen terkait kebutuhan belanja modal dan pelunasan utang.

Menyusul kenaikan harga saham 56 persen sejak IPO per 18 Desember 2024, CGSI memberikan rekomendasi hold (tahan) pada AADI dengan target harga Rp8.900 per saham berbasis diskonto arus kas (discounted cash flow/DCF).

Valuasi ini mengimplikasikan rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 5,9 kali untuk 2025, mendekati rata-rata industri.

Potensi kenaikan harga saham AADI terletak pada peningkatan harga batu bara dan dividen, sementara risiko penurunan mencakup realisasi harga batu bara yang lebih rendah serta pembagian dividen yang tidak sesuai ekspektasi.

Valuasi AADI juga dinilai menarik oleh analis Nomura Ahmad Maghfur Usman.

Dalam risetnya, Ahmad berpendapat, Adaro Andalan memiliki kemampuan kuat dalam menghasilkan arus kas dengan imbal hasil dividen yang tinggi.

Analis Nomura tersebut memperkirakan perusahaan ini mampu mencatatkan arus kas tahunan yang solid, antara USD850 juta hingga USD1 miliar, didukung oleh skala operasinya yang besar serta harga batu bara yang relatif stabil.

Nomura memulai cakupan atas saham Adaro Andalan dengan rekomendasi beli dan target harga sebesar Rp10.700. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement