sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Saham Bank Digital ‘Berpesta’, tapi Masih Tren Bearish

Market news editor Aldo Fernando - Riset
11/11/2022 10:12 WIB
Harga saham emiten bank mini atawa bank digital melonjak pada perdagangan pagi, Jumat (11/11/2022).
Saham Bank Digital ‘Berpesta’, tapi Masih Tren Bearish. (Foto: MNC Media)
Saham Bank Digital ‘Berpesta’, tapi Masih Tren Bearish. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Harga saham emiten bank mini atawa bank digital melonjak pada perdagangan pagi, Jumat (11/11/2022). Sejumlah saham bank mengalami penguatan kembali (rebound) setelah turun beberapa waktu terakhir.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.58 WIB, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) memimpin kenaikan tertinggi di antara bank digital lainnya, sebesar 19,23 persen ke Rp5.425 per saham.

Kenaikan ARTO juga berbarengan dengan sejumlah bank digital atawa mini lainnya. Sebut saja, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang naik 6,82 persen, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) terapresiasi 6,36 persen.

Lebih lanjut, saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) juga naik 3,39 persen dan 1,00 persen.

Nama lainnya, saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) secara berturut-turut naik 3,03 persen dan 2,65 persen.

Saham bank digital--dan secara umum bank mini--sejatinya masih dalam tren menurun (bearish trend). Sejak awal tahun ini (ytd), harga saham ARTO, misalnya, masih anjlok 66,25 persen. Kemudian, saham AGRO ambles 70,17 persen dan BBYB merosot 65,40 persen ytd.

Kejar Modal Inti Minimum

Bank digital saat ini sedang mengejar pemenuhan modal inti minimum. Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi peringatan kepada umum dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk memenuhi ketentuan memiliki modal inti Rp3 triliun pada akhir 2022.

Berdasarkan ketentuan pemenuhan modal Rp3 triliun sesuai Peraturan OJK No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, bank yang tidak memenuhi ketentuan tersebut akan turun kasta menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Adapun menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia bertajuk “Digital Banking Sector: Long-term Growth Opportunities” yang dirilis pada Senin (10/10) menyebutkan, adanya kemungkinan yang ditempuh bank digital dalam meningkatkan modalnya melalui pasar saham.

“Kami melihat jika bank tersebut memilih meningkatkan modal tambahan melalui pasar ekuitas, maka ada kemungkinan terjadinya tekanan terhadap saham mereka karena pasar dan sentimen yang kurang menguntungkan saat ini,” tulis analis Samuel Sekuritas Indonesia, Paula Ruth.

Selain kendala dalam memenuhi modal inti minimum, bank digital juga dihadapkan dengan tantangan dalam memperluas Net Interest Margin (NIM). Adanya inflasi dan kenaikan suku bunga bisa jadi mempersulit bank mini dalam memperluas NIM mereka.

Kendati demikian, Samuel Sekuritas menilai pertumbuhan bank digital di Indonesia tetap menarik.

Adapun pertumbuhan bank digital tetap berada pada lintasan yang kuat seiring meningkatnya penetrasi smartphone secara signifikan dan rendahnya penetrasi lembaga keuangan konvensional yang menjadi celah bagi bank digital untuk masuk di sektor ini.

“Namun dalam jangka pendek, saham bank digital mungkin tetap bergejolak di tengah ketidakpastian pasar karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga,” tulis Paula. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement