Pada bulan yang sama, pembangkitan tenaga surya melonjak menjadi 36 miliar kWh dari 24 miliar kWh pada tahun lalu dan 21 miliar kWh pada 2022.
Peningkatan dari pembangkit listrik tenaga air (+33 miliar kWh), tenaga surya (+12 miliar kWh) dan angin (+3 miliar kWh) pada bulan lalu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi pertumbuhan konsumsi sekaligus mengurangi kebutuhan tenaga panas (-17 miliar kWh).
Akibatnya, pembangkitan listrik tenaga panas, yang sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, menurun menjadi 454 miliar kWh pada Mei 2024 dari rekor musiman sebesar 471 miliar kWh pada Mei 2023.
Pembakaran batu bara yang lebih rendah berarti emisi karbon dioksida yang lebih rendah. Hal ini membantu kemajuan dalam mencapai target emisi pemerintah China yang mencapai puncaknya sebelum 2030.
Namun, sebagian besar PLTA yang potensial di negara ini telah dikembangkan sehingga peningkatan produksi lebih lanjut kemungkinan besar akan terbatas. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.