IDXChannel - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menjawab tantangan mengapa belum berencana untuk kembali melakukan pemecahan saham atau stock split.
Menurut Jahja, dengan harga saham BBCA yang per hari ini mencapai Rp10.300, belum waktunya untuk dilakukan stock split. Sebab, ini terkait juga dengan permintaan para investor asing.
"Nah cuma begini Pak masalahnya, betul kita harus juga melihat kebutuhan daripada (investor) ritel yang memang menghendaki nilai per saham itu kira-kira kecil. Tetapi di sisi lain kita juga memiliki banyak foreign investors," ujar Jahja dalam seminar Universitas Tarumanegara di Jakarta, Senin (7/10/2024).
"Foreign investors buat mereka Rp10 ribu itu enggak sampai 1 dolar, nah that's the problem. Kalau Nvidia itu bisa 100 dolar, jadi mereka (investor asing) juga rese kalau beli 1 miliar saham," katanya.
Jahja menuturkan, penting bagi pihaknya untuk menyeimbangkan harga bagi para investor ritel dan asing. Harga saham di level Rp10 ribu pun masih sejalan dengan keterjangkauan bagi para investor ritel dan juga tidak terlalu kecil bagi para investor asing.
Melihat rekam jejaknya, Jahja bercerita, BCA sudah melakukan empat kali stock split. Sebanyak tiga kali, stock split dengan rasio 1:2, tepatnya pada 2001, 2004, dan 2008.
Aksi stock split pertama kali yang dilakukan BCA yakni pada 15 Mei 2001, dengan rasio 1:2, sehingga nilai nominalnya turun dari semula sebesar Rp500 menjadi Rp250, membuat jumlah saham beredar naik dari 2,94 miliar saham menjadi 5,88 miliar saham.
Berikutnya stock split kedua yakni pada 8 Juni 2004 dengan rasio 1:2, sehingga nominal kembali turun menjadi Rp125 dan jumlah saham beredar naik menjadi 12,26 miliar saham.
Pada 2008, BBCA kembali memecah sahamnya dengan rasio yang sama yakni 1:2, sehingga nominal sahamnya menjadi Rp62,5 dan jumlah saham beredar kembali naik menjadi 24,65 miliar saham.
Terakhir, BBCA melakukan stock split pada 2021, tepatnya pada 13 Oktober 2021. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), pemegang saham memberikan restu atas aksi korporasi stock split dengan rasio 1:5 (1 saham yang ada saat ini dipecah menjadi 5 saham baru).
(Dhera Arizona)