"Karena kalau kita mencermati emiten berbasis emas ini, laba mereka rata-rata meningkat semua. Sehingga kalau kita bicara (potensi) ke depan, masih akan cukup menarik, meski dalam jangka pendek masih relatif tertekan," tutur Hans Kwee.
Meski kemudian, Hans Kwee juga mengingatkan bahwa kondisi perekonomian global ke depan masih dibayangi adanya risiko terjadinya resesi. Kondisi tersebut juga dipastikan bakal memengaruhi volatilitas harga emas ke depan.
"Nah resesi ekonomi global itu biasanya di satu sisi bagus untuk emas untuk menurunkan demand. Ini akan membuat (harga) emas cenderung agak sedikit tertahan ya. Jadi ke depan tidak bisa tinggi lagi, di level internasional," ungkap Hans Kwee.
Sementara, di level domestik, harga emas terkerek naik seiring pelemahan nilai tukar rupiah yang bersifat sementara. Kondisi ini nantinya diperkirakan Hans Kwee bakal dipengaruhi oleh dana asing yang bakal mulai masuk lagi ke pasar SUN dan saham.
"Masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia dan SUN ini biasanya akan membuat rupiah kembali stabil, dan bahkan posisinya akan cenderung menguat. Jika ini (benar-benar) terjadi, maka rata-rata akan membuat pergerakan harga saham berbasis emas cenderung stuck," papar Hans Kwee.