IDXChannel – Saham emiten jasa angkutan laut PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali anjlok hingga auto rejection bawah (ARB) pada Senin (13/10/2025).
Pelemahan tajam ini terjadi di tengah bantahan resmi PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan pengusaha Happy Hapsoro atas rumor yang mengaitkan keduanya dengan CBRE.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.10 WIB, saham CBRE ARB 15 persen, tepatnya 14,68 persen, ke level Rp1.250 per unit. Nilai transaksi mencapai Rp66,65 miliar.
Dengan ini, saham CBRE sudah turun 3 hari tanpa jeda, dengan dua di antaranya menyentuh ARB.
Diberitakan sebelumnya, RAJA menegaskan komitmennya untuk senantiasa menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), termasuk dalam memastikan keakuratan dan transparansi informasi publik di tengah meningkatnya dinamika pasar modal.
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Perseroan memandang perlu memberikan klarifikasi atas sejumlah pemberitaan yang beredar di media massa, media sosial, dan forum investasi yang dinilai tidak merujuk pada data resmi.
Menanggapi pemberitaan yang mengaitkan pemegang saham pengendali Perseroan, Happy Hapsoro, dengan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), manajemen RAJA menegaskan bahwa tidak terdapat hubungan kepemilikan, afiliasi, maupun kerja sama bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara RAJA Group dan/atau Bapak Happy Hapsoro dengan CBRE.
"Sebagai perusahaan publik, RAJA berkewajiban memastikan setiap informasi yang menyangkut pemegang saham pengendali disampaikan secara faktual dan proporsional," kata Corporate Secretary RAJA, Yuni Patinasarani lewat keterangan tertulisnya, Senin (13/10/2025).
Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) serta laporan kepemilikan saham publik di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tidak ditemukan satu pun dokumen yang menunjukkan adanya hubungan atau keterlibatan dengan CBRE.
"Kami menghargai perhatian publik terhadap Perseroan dan pemegang sahamnya, namun perlu ditegaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan apa pun antara keduanya,” kata dia.
Lebih lanjut, Yuni mengimbau agar publik, analis, dan pelaku pasar berhati-hati terhadap informasi spekulatif yang belum terverifikasi, terutama yang bersumber dari media sosial, forum investasi, atau publikasi tanpa acuan data resmi.
“Kami memahami bahwa dinamika pasar sering kali diwarnai spekulasi, apalagi saat terjadi pergerakan harga saham yang ekstrem. Namun penyebutan nama individu tanpa dasar dokumen atau fakta hukum merupakan bentuk disinformasi yang dapat menyesatkan investor,” katanya.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah saham di sektor energi dan jasa penunjangnya mengalami lonjakan harga signifikan di Bursa Efek Indonesia. Kondisi tersebut kemudian memicu spekulasi publik dan pemberitaan keliru yang mengaitkan fenomena tersebut dengan pihak-pihak tertentu.
“RAJA berharap masyarakat dan pelaku pasar menilai setiap dinamika korporasi berdasarkan data fundamental dan fakta resmi, guna menjaga integritas serta kredibilitas pasar modal Indonesia," katanya. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.