Kenaikan ini terjadi seiring sinyal dari Indonesia yang berencana memangkas produksi secara tajam pada 2026.
Mengutip Trading Economics, dalam rencana kerja pemerintah, target produksi nikel ditetapkan 250 juta ton, turun dari sekitar 379 juta ton di 2025. Langkah tersebut diambil untuk menekan kelebihan pasokan yang selama ini menekan harga dan membebani pasar global.
Pemangkasan produksi itu muncul di tengah perkiraan surplus global sebesar 209 juta ton pada 2025, yang diperkirakan melebar menjadi 261 juta ton pada tahun berikutnya. Indonesia sendiri menyumbang sekitar 65 persen dari kelebihan pasokan tersebut.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga berencana merevisi formula harga acuan bijih nikel, termasuk kemungkinan memisahkan produk sampingan seperti kobalt serta menerapkan royalti. Kebijakan ini berpotensi semakin memperketat pasokan.
Analis menilai pembatasan produksi tersebut akan menopang harga, terutama di saat harga nikel masih berada di dekat biaya produksi (production cost) di sejumlah wilayah pertambangan utama. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.