Tak hanya itu, Hengda Real Estate Group sedang diselidiki oleh regulator sekuritas China karena diduga melanggar aturan keterbukaan informasi. Ini menjadi pukulan terbaru bagi sang induk perusahaannya, Evergrande Group.
Dikutip South China Morning Post (17/8), pengembang real estate itu mengatakan dalam pengajuan ke Bursa Efek Shanghai bahwa Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) telah mengirimkan surat terkait penyelidikan tersebut.
“Perusahaan secara aktif membantu regulator dalam melakukan penyelidikan,” kata Hengda dalam pengajuannya.
Hal ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perusahaan real estate tersebut ditegur oleh dua bursa utama di China daratan karena melewatkan tenggat waktu untuk mempublikasikan hasil tahunannya.
Hengda adalah unit yang dimiliki secara tidak langsung oleh Evergrande Group yang berbasis di Guangzhou, China.
“Evergrande dan unit daratnya berada dalam kesulitan setelah gagal bayar pada tahun 2021 yang memicu serangkaian reaksi buruk. Penyelidikan ini dapat semakin merusak kepercayaan investor dan kreditor terhadap pengembang,” kata Zhou Ling, manajer dana di Shanghai Shiva Investment dikutip SCMP.
Pada April, bursa saham Shanghai dan Shenzhen di China memberi sanksi pada Hengda Real Estate dan dua eksekutif puncaknya, Zhao Changlong dan kepala keuangan Qian Cheng, karena melanggar persyaratan pencatatan efek.
Mereka mengatakan perusahaan real estate tersebut gagal mempublikasikan laporan tahunan 2021 pada batas waktu 30 April tahun lalu.
Perusahaan yang terdaftar di Shenzhen ini mengatakan akan menerima tindakan disipliner apa pun yang dikenakan terhadap perusahaan atau kedua bosnya, meskipun pada akhirnya tidak ada tindakan yang diambil.
Tiga obligasi Hengda Real Estate dicatatkan di bursa Shanghai dan Shenzhen.
Pada 17 Juli, Evergrande Group, yang sahamnya terdaftar di Hong Kong telah ditangguhkan perdagangannya sejak Maret tahun lalu,
Evergrande Group membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 476 miliar yuan pada tahun buku 2021, dan 105,9 miliar yuan pada tahun buku 2022. (ADF)