Karena itu, ia menilai bahwa lonjakan harga saham tidak dapat dijustifikasi berdasarkan laporan keuangan semata. Menurutnya, katalis utama justru berasal dari rencana aksi korporasi besar yang akan dilakukan perusahaan dalam waktu dekat.
“Kenaikan saham LABA tidak bisa dijustifikasi dari laporan keuangan,” ujarnya. “Tapi kita lihat bahwa LABA akan melakukan sebuah aksi korporasi yang cukup besar, yaitu akan menerbitkan lembar saham baru melalui skema rights issue dengan maksimal 6 miliar saham senilai hingga Rp900 miliar pada semester I-2025.”
Michael juga menyoroti pergerakan saham dari sisi teknikal. Ia menilai LABA berhasil keluar dari pola konsolidasi jangka menengah.
“Secara teknikal, LABA berhasil keluar dari pola konsolidasi cup and handle,” tuturnya.
Pergerakan tersebut, lanjutnya, diperkuat oleh formasi Elliott Wave yang kini memasuki fase awal dari wave ketiga.