Dari sisi produksi, kuartal IV-2024 menjadi periode puncak produksi CPO bagi TAPG dengan kenaikan 11 persen. Kenaikan ini imbas perubahan pola panen akibat fase pemulihan akibat El-Nino di 2023. Kendati demikian, ada penurunan produksi secara tahunan pada 2024.
Sementara itu, beban pokok pendapatan alias COGS turun 3 persen dari Rp6,11 triliun menjadi Rp5,95 triliun. Kondisi ini terutama didorong dari penurunan biaya pupuk yang mencapai 30 persen.
Penurunan COGS tersebut berdampak pada laba kotor TAPG yang naik 68 persen menjadi Rp3,72 triliun. Selain itu, EBITDA TAPG juga naik 74 persen menjadi Rp4,61 triliun dengan EBITDA margin 48 persen, lebih tinggi dari 2023 yang sebesar 32 persen.
Perseroan memperkirakan adanya kenaikan produksi single digit pada 2025. Pada 2024, TAPG memproduksi 2,95 juta ton tandan buah segar (TBS) kebun inti, turun 3 persen sementara TBS kebun plasma 324 ribu ton, turun 5 persen.
Dari sisi profil kebun, rata-rata pohon kelapa sawit TAPG berusia 13,2 tahun (prime mature) atau 82,1 persen. Sisanya lebih dari 20 tahun (old mature) 7 persen, 0-3 tahun (immature) 6,6 persen, dan 4-6 tahun (young mature) 4,3 persen.
(Rahmat Fiansyah)