Anggie Ariesta
IDXChannel - Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan net buy dan sell asing di pasar modal saat ini didominasi oleh sektor perbankan dan telekomunikasi. Di urutan teratas, foreign net buy adalah TLKM yang mencetak Rp671 miliar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, untuk foreign net buy asing di Juli memang banyak didominasi oleh sektor perbankan dan telekomunikasi khususnya TLKM karena beberapa sentimen.
"Bulan Agustus ini masih berlanjut dengan melihat saham telekomunikasi itu menjadi pilihan, salah satu alasan yang kita lihat kinerja Telkom di kuartal kedua itu memang lebih baik di kuartal I," ungkap Martha dalam Media Day Mirae Asset, Selasa (9/8/2022).
Secara kuartalan, lanjut Martha, kinerja Telkom membaik. Padahal jika dilihat dari kinerja perusahaan lain yang ada di IHSG, yang sudah melaporkan keuangan, tidak banyak perusahaan yang membukukan kinerja baik dari atas sampai bawah.
"Tapi balik lagi di kuartal kedua itu ada puasa lalu lebaran jadi baik untuk sektor consumer, begitu juga telko, permintaan data dan juga sebagainya," kata Martha.
Adapun pada kuartal kedua ada kenaikan produksi bagi sektor energi. Dengan demikian, net buy asing bulan Juli juga didominasi saham pertambangan batu bara dan industri pendukungnya. Hal itu karena rencana pengurangan gas Rusia ke Eropa yang membuat batu bara dicari sebagai alternatif energi.
Saham UNTR menjadi salah satu saham yang diburu asing, seiring dengan kinerjanya yang gemilang. Pendapatan UNTR pada kuartal I 2022 tumbuh 62% secara yoy dengan laba bersih melesat 129% yoy.
Dari Rp4,8 triliun net sell asing pada bulan Juli, lebih dari 80% merupakan net sell atas saham perbankan. Asing terlihat melakukan profit taking dan mengurangi posisinya di pasar Indonesia seiring kenaikan suku bunga The Fed.
Foreign Net Buy di bulan Juli diantaranya:
- TLKM Rp671 miliar
- AMRT Rp477 miliar
- PTBA Rp467 miliar
- UNTR Rp352 miliar
- ADRO Rp313 miliar
Foreign Net Sell di bulan Juli antara lain:
- BBRI Rp1,7 triliun
- BBCA Rp1,2 triliun
- BBNI Rp1,1 triliun
- MDKA Rp988 miliar
- ANTM Rp386 miliar
(DES)
