Menurut amatan UOB, produsen nikel tersebut kemungkinan akan membukukan EBITDA dan laba bersih kuartal II-2024 yang lebih tinggi seiring harga nikel di London Metal Exchange (LME) yang naik tipis pada kuartal tersebut.
Selain itu, kata UOB, perusahaan yakin mereka dapat meningkatkan efisiensi dan menjaga cash cost (biaya tunai; biaya produksi) di bawah USD10.000/ton pada 2024.
Namun, broker tersebut memangkas perkiraan laba bersih setelah pajak pada 2024 dan 2025 untuk Vale Indonesia masing-masing sebesar 25,0 persen dan 6,7 persen, untuk mencerminkan penyesuaian asumsi harga nikel, bahan bakar, dan batu bara.
UOB menurunkan target harga INCO menjadi Rp3.800 dari Rp4.300, dengan tetap menyematkan peringkat hold. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.