Selain soal inflasi, penguatan dolar di tengah pengetatan kebijakan moneter di AS yang membuat spread antara suku bunga AS dan RI akan semakin menyempit turut menekan nilai tukar rupiah.
Pelemahan rupiah yang signifikan tentu bukan kabar gembira buat BI dan RI secara umum.
Karena itu, keputusan BI dalam rapat akhir Agustus tetap menjadi perhatian investor saham RI.
Tidak hanya soal inflasi, pada Jumat (5/8), BI juga akan mengumumkan soal posisi cadangan devisa (cadev) yang diproyeksikan akan turun tipis menjadi USD135,6 miliar per Juli, dari bulan sebelumnya USD136,4 miliar.
Pada hari yang sama, Jumat, BPS juga akan merilis data pertumbuhan ekonomi (PDB) RI pada kuartal II 2022. Konsensus ekonom yang disitir Tradingeconomics memprakirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,13% yoy pada kuartal II tahun ini, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 5,01%.
Angka PDB yang positif tentu menjadi kabar baik untuk pasar modal RI.
Adapun, dirilis pagi ini, data indeks PMI Manufaktur RI per Juli naik menjadi 51,3, dari bulan sebelumnya 50,2.
Data eksternal
Sementara, dari luar negeri, investor akan menyimak data ekonomi makro, mulai dari tingkat pengangguran di sejumlah negara (seperti Italia dan Uni Eropa) sampai keputusan suku bunga (misalnya, bank sentral Australia).
Selain itu, pelaku pasar juga akan menggali informasi dari Negeri Paman Sam AS terkait kesehatan ekonomi negara tersebut. Data indeks manufaktur (Senin), pembukaan lapangan kerja (Selasa), sampai neraca dagang Juni (Kamis) bakal menjadi sentimen yang diperhatikan di pasar saham AS dan juga global. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.