Selanjutnya, perseroan membukukan total penjualan Rp2,6 triliun pada 1H22 atau sedikit menurun 2% (yoy) dari 1H21. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari CPO yang penyumbang pendapatan terbesar.
Pendapatan dari CPO turun 6% (yoy) akibat volume penjualan CPO yang lebih rendah. Di sisi lain, PK mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32% (yoy), ditopang penguatan harga rata-rata PK.
Penyumbang penjualan terbesar ketiga adalah kecambah perseroan dengan merek dagang DxP Sriwijaya yang berhasil menduduki pangsa pasar di posisi kedua terbesar di Indonesia. Penjualan dari DxP Sriwijaya pada 1H22 adalah sebesar Rp84 miliar, atau sekitar 3% dari total penjualan konsolidasian.
Penjualan dari DxP Sriwijaya tahun ini semakin cemerlang dari tahun sebelumnya karena mengalami kenaikan 15% (yoy) jika dibandingkan 1H21. Hal ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan sebesar 17% (yoy) menjadi 10 juta butir kecambah.
Budi Halim melanjutkan kondisi cuaca yang mendukung telah meningkatkan kegiatan panen perseroan pada kuartal kedua tahun 2022, sehingga menghasilkan produksi TBS yang lebih baik.
Total produksi TBS, termasuk pembelian dari pihak eksternal pada Kuartal II 2022 mencapai 462 ribu ton atau meningkat 42% (qoq) dibandingkan Kuartal I 2022, tetapi lebih rendah 2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya .
''Akan tetapi, dampak dari kondisi cuaca yang kurang mendukung di Kuartal I 2022 menyebabkan total produksi TBS turun sebesar 19% (yoy) menjadi 787 ribu ton di 1H22,'' tandasnya. (NIA)