Eropa banyak bergantung pada Rusia untuk impor gas alam. Namun, sanksi yang diberikan Eropa terhadap Rusia akibat perang tersebut membuat harga gas melonjak tinggi.
Era suku bunga tinggi untuk meredam efek inflasi membuat risiko resesi global pun banyak dilontarkan oleh lembaga-lembaga dunia.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), pada Selasa (27/9), misalnya, memperingatkan sejumlah krisis yang ada di tengah kecamuk perang memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengancam dunia jatuh ke jurang resesi.
“Indikatornya tidak terlihat bagus,” kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala kepada Bloomberg selama wawancara pada hari Selasa.
Di samping itu, Bank Dunia (World Bank) pada awal bulan ini juga mengeluarkan studi yang memprediksi resesi global pada awal tahun depan, menggaris bawahi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan bank sentral di seluruh dunia memperketat kebijakan moneter mereka demi mengurangi inflasi.
Di Oktober, investor akan menunggu rilis data inflasi dan keputusan suku bunga acuan sejumlah negara utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, sembari menyimak data dari domestik.
Apabila, misalnya, bank sentral AS (The Fed) kembali pamer otot dengan mengerek suku bunga atau melakukan manuver pengetatan lebih lanjut dan ditambah efek perang semakin meluas, hal tersebut akan semakin menambah tekanan ke pasar. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.