sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Siap Investasi di Pertamina Geothermal (PGE), Teropong Sepak Terjang INA di RI

Market news editor Melati Kristina - Riset
06/02/2023 06:30 WIB
SWF asal Indonesia, INA akan menjadi investor Pertamina Geothermal Energy (PGE). Di samping itu, SWF ini juga berinvestasi di sejumlah perusahaan di Indonesia.
Siap Investasi di Pertamina Geothermal (PGE), Teropong Sepak Terjang INA di RI. (Foto: INA)
Siap Investasi di Pertamina Geothermal (PGE), Teropong Sepak Terjang INA di RI. (Foto: INA)

IDXChannel – Sovereign Wealth Funds (SWF) asal Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA), dikabarkan siap menjadi investor strategis PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang diperkirakan bakal melantai di bursa pada akhir bulan ini.

Sekedar informasi, INA merupakan lembaga pengelola investasi yang didirikan pemerintah dengan peran sebagai jembatan bagi para investor untuk menempatkan investasinya dan berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia.

Adapun, INA siap berinvestasi di saham PGE dalam proses initial public offering (IPO) sebesar Rp9,7 triliun dengan mengajak investor asal Timur Tengah.

Secara resmi, PGE akan memulai proses IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar sahamnya ke publik.

Rencananya, perusahaan bakal menggunakan kode saham PGEO, dengan harga perdana ditawarkan di kisaran Rp820 sampai Rp945 per saham, dengan nilai nominal Rp500 per saham.

Dengan rentang harga penawaran tersebut, maka dari proses IPO kali ini perusahaan berpotensi meraup dana segar minimal Rp8,48 triliun, atau maksimal bahkan dapat mencapai Rp9,78 triliun.

Komposisi pemegang saham PGE saat ini diketahui meliputi PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebesar 92,02 persen, dan PT Pertamina Pedeve Indonesia (Pedeve) sebanyak 7,98 persen.

Sedangkan proses penawaran awal (bookbuilding) dari perusahaan ini berlangsung sejak Rabu (1/2) hingga Kamis (9/2) mendatang. Adapun, melansir prospektus perusahaan, PGE bakal melakukan pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023.

Ketertarikan INA untuk berinvestasi di PGE seiring dengan potensi perusahaan yang mendukung program pemerintah untuk mencapai target pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan tenaga panas bumi.

Adapun, PGE merencanakan pengembangan proyek panas bumi hingga 600MW sampai dengan tahun 2027. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki hak atas 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) secara langsung maupun tidak langsung dengan kapasitas terpasang mencapai 1.877 Megawatt (MW).

Di samping itu, perusahaan juga memiliki kinerja keuangan yang apik hingga valuasi dan kapitalisasi pasar atau market cap yang menarik.

Melansir prospektus perusahaan, pendapatan bersih PGE sepanjang 9 bulan 2022 bertumbuh sebesar 3,90 persen menjadi USD287,40 juta atau setara dengan Rp4,27 triliun dengan asumsi kurs sebesar Rp14.855/USD.

Selain itu, laba bersih perusahaan melesat hingga 67,77 persen, dari USD66,42 juta (Rp986,64 miliar) pada 9 bulan 2021 menjadi USD111,43 juta (Rp1,65 triliun).

Untuk valuasi saham pasca IPO, PGE diproyeksikan memiliki price to earnings ratio (PER) di kisaran 17 kali hingga 20 kali. Sementara untuk rasio price to book value (PBV) perusahaan diperkirakan sebesar 1,2 kali hingga 1,3 kali.

Kendati valuasi tersebut berada di atas rule of thumb, yakni sebesar 1 kali untuk PBV dan 10 kali untuk PER suatu perusahaan bila dianggap murah, PGE masih menarik karena memiliki market cap yang jumbo.

Adapun, perusahaan energi milik Pertamina tersebut diproyeksi bakal memiliki market cap sekitar Rp33 triliun hingga Rp39 triliun.

Sepak Terjang Investasi INA di Tanah Air

Di samping berinvestasi di PGE, INA dikenal berinvestasi di sejumlah perusahaan dari berbagai sektor yang punya kontribusi dalam pembangunan di Tanah Air.

SWF yang didirikan oleh pemerintah Indonesia tersebut memiliki permodalan yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp75 triliun. Adapun, pemenuhan permodalan tersebut dilakukan secara bertahap pada 2021.

Dengan modal tersebut, hingga 31 Desember 2021 INA mencatatkan aset sebesar Rp79,22 triliun.

Sementara, menurut laporan keuangan perusahaan pada periode tersebut, ekuitas perusahaan mencapai Rp79,05 triliun serta liabilitas perusahaan sebesar Rp167,45 miliar.

Sedangkan, pendapatan bersih dan laba bersih yang dibukukan oleh perusahaan hingga 31 Desember 2021 masing-masing sebesar Rp580,44 miliar dan Rp231,25 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Selama perusahaan ini berdiri pada 2020 lalu, INA sudah berinvestasi di berbagai perusahaan. Pada Mei 2021, INA melakukan perjanjian investasi di bidang energi dengan Pertamina.

Di bulan September di tahun yang sama, INA melakukan Memorandum of Understanding (MoU) untuk investasi bersama perusahaan petrokimia domestik.

Kemudian, INA juga berinvestasi di sektor logistik maritim yang nilai komitmen investasinya mencapai USD7,51 miliar (Rp111,42 triliun) dengan menggandeng DP World.

Sementara, pada November 2021 INA menandatangani perjanjian kerangka kerja investasi bersama ADG dengan komitmen investasi sebesar USD10 miliar atau Rp148,55 triliun.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement