Di bulan yang sama, INA juga menjadi investor dalam IPO PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) bersama Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC), Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), dan Abu Dhabi Growth Fund (ADG).
Menurut laporan tahunan INA pada 2021, perusahaan SWF asal Indonesia ini tertarik berinvestasi pada MTEL karena potensi perusahaan sebagai perusahaan menara terbesar Indonesia.
Tercatat, hingga 30 September 2022, MTEL memiliki 35.051 menara yang menjadikan MTEL sebagai perusahaan menara terbesar di Tanah Air, bahkan regional Asia Tenggara.
Selain iu, MTEL juga memiliki 58 persen menara di luar Jawa di tengah tenancy ratio menara di luar Jawa yang rendah. Dengan demikian, MTEL punya potensi pertumbuhan penyewaan menara di luar Jawa yang masih tinggi, didukung oleh masifnya bisnis digital.
“MTEL memiliki faktor fundamental seperti permintaan data yang meningkat sehingga berdampak pada mingkatnya permintaan sektor menara telekomunikasi sehingga ada peluang ekspansi bagi pemain industri ini,” tulis INA dalam laporan tahunannya.
Di samping itu, MTEL juga memiliki kinerja keuangan pada 9 bulan 2022 yang bertumbuh. (Lihat tabel di bawah ini.)

Melansir laporan keuangan emiten, pendapatan bersih MTEL naik 11,53 persen menjadi Rp5,60 triliun. Sedangkan, laba bersihnya juga melesat 18,06 persen menjadi Rp1,23 triliun.
Kendati demikian, kinerja saham MTEL sepanjang 2023 masih terkotraksi. Melansir data BEI pada Kamis (2/2), saham emiten menara ini mencatatkan kinerja saham year to date (YTD) yang merosot 16,25 persen.
Sementara, dalam setahun belakangan, saham MTEL juga turun sebesar 16,25 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pemain SWF yang Berinvestasi di Indonesia
Selain INA, terdapat SWF lainnya yang turut berinvestasi di sejumlah perusahaan di Indonesia. Perusahaan tersebut adalah Government of Singapore Investment Corporation Private Limited atau GIC yang berasal dari Singapura.
Seperti yang disinggung di atas, GIC juga menjadi salah satu investor MTEL ketika melakukan IPO pada November tahun 2021 lalu. Adapun, GIC diketahui menggenggam saham MTEL sebesar 5,3 persen pada saat IPO.
Selain memegang saham MTEL, GIC juga turut berinvestasi di emiten tekno, yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Menurut catatan BEI, GIC melakukan pembelian saham di BUKA sebesar 1,55 persen pada Agustus 2021.
Tercatat, GIC menggelontorkan dana sebesar Rp1,36 triliun untuk membeli saham emiten yang dikendalikan oleh Grup Emtek ini.
GIC juga tercatat masuk ke saham emiten bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO) pada tahun 2021 lalu melalui rights issue. Dalam aksi korporasi tersebut, GIC merogoh kocek sebesar Rp3,15 triliun untuk menguasai 1,19 miliar saham ARTO.
Emiten selanjutnya yang sahhamnya digenggam oleh GIC yakni PT Avia Avian Tbk (AVIA). Pada Desember 2021 lalu, GIC bersama perusahaan Singapura lainnya, Archipelago Investment Pte Ltd memegang 7,11 persen saham emiten cat milik crazy rich Hermanto Tanoko.