Menanggapi sinyal terbaru The Fed, pasar juga mengantisipasi satu atau dua kali penurunan suku bunga akan terjadi pada akhir tahun ini. Hal ini karena penurunan inflasi yang memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Meskipun tingkat suku bunga relatif terbatas, pasar kerja di AS masih tetap kuat, sehingga menghilangkan dorongan penurunan suku bunga.
Pekan lalu, perekonomian AS menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan perkiraan pada Mei, melawan kekhawatiran akan perlambatan pasar tenaga kerja dan kemungkinan mengurangi dorongan The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Data Nonfarm payrolls (NFP) meningkat sebesar 272.000 pada Mei, naik dari 165.000 pada April dan jauh di atas perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 190.000.
Pada saat yang sama, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen, yang merupakan pertama kalinya menembus level tersebut sejak Januari 2022. Para ekonom memperkirakan tingkat pengangguran tidak akan berubah pada 3,9 persen dibandingkan April.
“Tampaknya, dengan dot plot baru (proyeksi ekonomi para bankir The Fed), kondisi pasar keuangan akan tetap ketat, ini pada gilirannya akan berisiko menyebabkan kembalinya inflasi,” kata Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management.
Namun, Seema melanjutkan, tidak ada keraguan bahwa dengan empat pengambil kebijakan memilih untuk tidak melakukan pemotongan suku bunga di 2024, terdapat peserta FOMC yang sangat khawatir dengan latar belakang inflasi.
Di samping itu, melansir Business Insider, data inflasi AS yang baru dirilis mempunyai dampak yang lebih besar terhadap pasar dibandingkan dengan kebijakan penurunan suku bunga The Fed pada tahun ini.
Namun, Powell sebelumnya telah mengindikasikan bahwa waktu penurunan suku bunga pertama dalam siklus ini lebih penting dibandingkan penurunan suku bunga berikutnya.
“Ketika kita mulai melonggarkan kebijakan, hal itu akan terlihat pada kondisi pasar keuangan yang melemah secara signifikan. Ini adalah keputusan yang penting bagi perekonomian,"kata Powell.
Ini berarti penurunan suku bunga akan menstimulasi investasi bisnis dan penundaan pinjaman hingga The Fed mengambil tindakan, sehingga memberikan momentum baru bagi perekonomian.
Ahli strategi pasar Ed Yardeni termasuk analis yang mengatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed dapat menyebabkan melemahnya reli saham yang dipicu oleh AI.
Hal ini mengingatkan kita pada ledakan saham selama 1990an yang menyebabkan The Fed melakukan pengetatan berlebihan untuk memperlambat perekonomian di tengah inflasi. (ADF)