sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga Sekali di 2024, Begini Dampaknya ke Pasar

Market news editor Maulina Ulfa
13/06/2024 14:39 WIB
Pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan terjadi hanya satu kali di sisa 2024.
Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga Sekali di 2024, Begini Dampaknya ke Pasar. (Foto: MNC Media)
Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga Sekali di 2024, Begini Dampaknya ke Pasar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan terjadi hanya satu kali di sisa 2024.

Sinyal ini diungkapkan dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (12/6/2024) oleh ketua The Fed Jerome Powell.

Para pengambil kebijakan tersebut memperkirakan hanya satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada 2025.

Pada Maret lalu, The Fed masih memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga di 2024 dan tiga kali pada 2025. Ini artinya, terjadi pergeseran signifikan persepsi pasar terhadap suku bunga di sisa 2024.

Sejumlah pengambil kebijakan The Fed juga menyatakan kurang optimistis terhadap disinflasi perekonomian AS, sementara ekspektasi pertumbuhan tetap ada, sehingga menambah tekanan hawkish.

Sebelumnya, The Fed mempertahankan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) stabil di 5,25 persen-5,50 persen untuk pertemuan ketujuh berturut-turut Rabu (12/6), sejalan dengan perkiraan pasar. (Lihat grafik di bawah ini.)

Para pengambil kebijakan mengatakan tidak tepat untuk menurunkan suku bunga sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2 persen.

“Kami melihat data ekonomi sebagai kemajuan dan membangun kepercayaan diri. Tetapi kami tidak melihat diri kami memiliki kepercayaan diri untuk mulai melonggarkan kebijakan saat ini,” kata Jerome Powell dalam pidatonya.

Pada saat bersamaan, data inflasi tahunan di AS secara tak terduga juga melambat menjadi 3,3 persen pada Mei 2024, terendah dalam tiga bulan, dibandingkan dengan 3,4 persen pada April dan perkiraan sebesar 3,4 persen.

Dampak ke Pasar

Sejumlah data pasar bereaksi positif terhadap sinyal terbaru suku bunga The Fed. Ini terlihat dari kenaikan indeks S&P 500 dan Nasdaq di Wall Street yang mencatat rekor tertinggi penutupan untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Rabu (12/6) waktu setempat.

Tak hanya indeks saham AS, bursa Asia juga merespons positif keputusan The Fed. Jika melihat secara keseluruhan, kinerja indeks saham merupakan kontributor utama bagi kondisi pasar keuangan.

Tak hanya itu, Imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun naik namun masih turun tajam hari ini di 4,304 persen. Begitu pula dengan imbal hasil obligasi 2 tahun yang masih turun tajam di level 4,75 persen.

Indeks dolar juga turun diperdagangkan di sekitar 104,5, setelah jatuh ke level 104,2 di awal sesi.

Selain dolar AS, harga emas spot juga turun pada perdagangan Kamis (13/6/2024) setelah mengalami kenaikan tiga hari beruntun. Per pukul 14.09 WIB, harga emas merosot 0,45 persen ke level USD2.314 per troy ons.

Penurunan suku bunga The Fed menjadi yang paling ditunggu pelaku pasar tahun ini mengingat stagnansi ekonomi dan pasar keuangan yang menunjukkan guncangan di sejumlah negara.

Menanggapi sinyal terbaru The Fed, pasar juga mengantisipasi satu atau dua kali penurunan suku bunga akan terjadi pada akhir tahun ini. Hal ini karena penurunan inflasi yang memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Meskipun tingkat suku bunga relatif terbatas, pasar kerja di AS masih tetap kuat, sehingga menghilangkan dorongan penurunan suku bunga.

Pekan lalu, perekonomian AS menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan perkiraan pada Mei, melawan kekhawatiran akan perlambatan pasar tenaga kerja dan kemungkinan mengurangi dorongan The Fed untuk menurunkan suku bunga.

Data Nonfarm payrolls (NFP) meningkat sebesar 272.000 pada Mei, naik dari 165.000 pada April dan jauh di atas perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 190.000.

Pada saat yang sama, tingkat pengangguran naik menjadi 4 persen, yang merupakan pertama kalinya menembus level tersebut sejak Januari 2022. Para ekonom memperkirakan tingkat pengangguran tidak akan berubah pada 3,9 persen dibandingkan April.

“Tampaknya, dengan dot plot baru (proyeksi ekonomi para bankir The Fed), kondisi pasar keuangan akan tetap ketat, ini pada gilirannya akan berisiko menyebabkan kembalinya inflasi,” kata Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management.

Namun, Seema melanjutkan, tidak ada keraguan bahwa dengan empat pengambil kebijakan memilih untuk tidak melakukan pemotongan suku bunga di 2024, terdapat peserta FOMC yang sangat khawatir dengan latar belakang inflasi.

Di samping itu, melansir Business Insider, data inflasi AS yang baru dirilis mempunyai dampak yang lebih besar terhadap pasar dibandingkan dengan kebijakan penurunan suku bunga The Fed pada tahun ini.

Namun, Powell sebelumnya telah mengindikasikan bahwa waktu penurunan suku bunga pertama dalam siklus ini lebih penting dibandingkan penurunan suku bunga berikutnya.

“Ketika kita mulai melonggarkan kebijakan, hal itu akan terlihat pada kondisi pasar keuangan yang melemah secara signifikan. Ini adalah keputusan yang penting bagi perekonomian,"kata Powell.

Ini berarti penurunan suku bunga akan menstimulasi investasi bisnis dan penundaan pinjaman hingga The Fed mengambil tindakan, sehingga memberikan momentum baru bagi perekonomian.

Ahli strategi pasar Ed Yardeni termasuk analis yang mengatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed dapat menyebabkan melemahnya reli saham yang dipicu oleh AI.

Hal ini mengingatkan kita pada ledakan saham selama 1990an yang menyebabkan The Fed melakukan pengetatan berlebihan untuk memperlambat perekonomian di tengah inflasi. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement