Menurut keterbukaan informasi, setiap pemegang 20 saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada 28 November 2022 pukul 16.00 WIB, berhak atas satu HMETD.
Melalui aksi korporasi ini, perseroan mengincar dana segar sebesar Rp1,24 triliun yang akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka pemenuhan modal inti minimum.
Dengan demikian, perolehan dana dari rights issuetersebut akan menambah modal inti BINA menjadi Rp3,57 triliun.
Selain BINA, bank mini lainnya yang memilih jalur rights issue yaitu PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP). Adapun melalui rights issue tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak 10,48 miliar saham seri B.
Jumlah saham baru yang akan diterbitkan setara 25 persen dari modal disetor, dengan nilai nominal Rp50/saham.
“Rights issue ini menunjukkan komitmen MNC Bank memenuhi modal inti minimum Rp3 triliun sesuai dengan POJK 12/2020,” tulis Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna dalam keterangan di keterbukaan informasi.
Selain aksi rights issue, terdapat strategi lain yang ditempuh bank mini dalam memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun. PT Bank Aladin Indonesia Tbk (BANK) misalnya, yang memilih private placementsebagai jalan keluar dalam memenuhi modal inti minimum.
Mengutip keterbukaan informasi, BANK melakukan private placementdengan menerbitkan sahambaru sebanyak 1,38 miliar saham dengan nominal Rp100/saham yang disetujui pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di tanggal 29 Juli 2022.
“Penambahan modal perseroan dilakukan untuk tujuan penguatan struktur permodalan sesuai dengan peraturan OJK mengenai pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun pada 31 Desember 2022,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.
Contoh lainnya, PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC) memperkuat pemodalannya dengan penambahan setoran modal dari pemegang saham pengendalinya yaitu J Trust Co. Ltd.
Adapun J Trust Co.Ltd. menyuntikkan modal sebesar Rp117 miliar pada September 2022 lalu sehingga memperkuat modal inti minimum BCIC menjadi Rp2,76 triliun.
Sedangkan menurut pihak BCIC, suntikan modal tersebut dipergunakan untuk memenuhi modal inti minimum perusahaan sebesar Rp3 triliun sebelum 31 Desember 2022.
Nama Besar di Balik Bank Mini
Sejumlah bank mini yang telah disebutkan di atas dikendalikan oleh emiten besar hingga berbagai konglomerasi. Sebagai contoh, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dikendalikan oleh start up fintech lending, yakni PT Akulaku Silvrr Indonesia.
Per 19 November 2021, Akulaku resmi mengakuisisi saham BBYB. Adapun per 30 September 2022, perusahaan start up ini telah menguasai saham BBYB sebesar 25,66 persen.
Selain itu, bank lainnya yang turut dikendalikan konglomerasi adalah BANK. Tercatat, saham BANK digenggam oleh John Kusuma, petinggi PT Nojorono Tobacco International, yaitu produsen rokok Class Mild.
Adapun John Kusuma menggenggam saham BANK melalui PT Aladin Global Ventures yang kepemilikan sahamnya per 30 September mencapai 57,86 persen.
Informasi saja, John Kusuma pernah masuk jajaran 50 orang terkaya di Tanah Air pada 2021 menurut Forbes. Adapun kekayaannya per 4 April 2022 mencapai USD1,2 miliar atau setara dengan Rp18,84 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.700/USD).
Tak hanya John Kusuma, emiten pengelola Alfamart PT Sumberia Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mengumumkan telah berinvestasi di Bank Aladin senilai Rp500 miliar pada 7 Juni 2022.
Selain bank mini yang telah disebutkan di atas, sejumlah bank lain yang turut dikendalikan oleh nama besar yakni PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)dan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA).
BNBA dikendalikan oleh perusahaan investasi yakni Ajaib melalui PT Takjub Finansial Teknologi. Adapun BEI mencatat, kepemilikan sahamnya di BNBA mencapai 40 persen per 31 Oktober 2022.
Sedangkan BINA dikendalikan oleh Grup Salim melalui PT Indolife Pensiontama. Melansir data BEI per 31 Oktober 2022, saham BINA yang dikuasai Salim mencapai 22,47 persen.
Sempat Meroket, Kinerja Saham Kini Melempem
Saham emiten-emiten bank mini sempat meroket pada tahun 2021 lalu. Sebagai contoh, PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) yang harga sahamnya melesat menjadi Rp790/saham pada 1 Februari 2021. Sementara per Rabu (9/11), harga saham BACA berada di level Rp144/saham.
Selain BACA, saham lainnya yaitu BBYB dan BANK juga melesat di tahun yang sama.
Melansir data Yahoo Finance, saham BBYB pernah menyentuh harga tertingginya di Rp2.800/saham pada 20 Desember 2021. Adapun harga sahamnya per Rabu (9/11) hanya sebesar Rp890/saham atau merosot 68,21 persen dari harga tertingginya di tahun 2021.
Sedangkan BANK sahamnya juga melonjak menjadi Rp3.790/saham pada 1 April 2021. Sementara per Rabu (9/11) sahamnya berada di level Rp1.400/saham.