Manajemen BATA menyebut, perseroan akan melakukan renovasi toko dengan harapan dapat meningkatkan lalu lintas pelanggan di seluruh gerai.
Strategi itu diikuti oleh fokus meningkatkan harga jual rata-rata (average selling prices) “melalui koleksi produk eksklusif dengan margin lebih tinggi,” ujar dia.
Dari sisi likuiditas, manajemen mendorong implementasi efisiensi khususnya dalam mengelola biaya operasional.
Setelah menjual ‘Graha Bata’, sebuah gedung kantor pusat BATA di Jakarta Selatan, opsi untuk kembali menjual properti juga kembali dihadirkan manajemen. “Menjual properti yang tidak terpakai,” ujar dia.
Diketahui, penjualan usaha BATA turun 22,47 persen yoy menjadi Rp260,29 miliar, yang sebagian besar dikontribusikan oleh pendapatan eceran mencapai Rp231,12 miliar.