“Bank digital biasanya diperdagangkan dengan premi karena ekspektasi pertumbuhan yang besar. Namun Superbank saat ini justru berada di valuasi konservatif. Ini memberi peluang bagi investor yang ingin masuk lebih awal sebelum valuasinya menyesuaikan dengan kinerja dan ekspansi,” tuturnya.
Dengan kombinasi valuasi rendah, dukungan ekosistem Grab–Emtek yang solid, strategi ekspansi kredit yang agresif, dan rencana belanja modal jangka panjang yang terstruktur, Superbank disebut sebagai salah satu kandidat bank digital yang berpotensi undervalued saat IPO.
Kini, pasar menantikan bagaimana eksekusi penggunaan dana IPO tersebut akan mendorong pertumbuhan bisnis Superbank serta apakah valuasinya akan mulai mengejar bank digital lain yang telah diperdagangkan pada level PBV lebih tinggi.
(kunthi fahmar sandy)