Target utama SBMA, dijelaskan Rini, adalah meningkatkan produksi oxygen dan nitrogen yang bisa dilakukan oleh perusahaan. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp39 miliar, di mana sebesar Rp18 Miliar diantaranya akan diambil dari sisa dana IPO Perseroan.
"Saat ini civil work telah berjalan dan kami telah menerima beberapa sparepart dari China serta colling tower kami sudah terpasang. Sehingga, jadwal commissioning dapat kami lakukan tepat waktu di Januari 2023 tahun depan," ungkap Rini.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, SBMA hingga triwulan III-2022 lalu berhasil mencetak laba kotor sebesar Rp39,95 miliar, atau naik 37,62 persen dibanding laba kotor per triwulan III-2021 yang masih sebesar Rp29,03 miliar.
SBMA juga meraih capaian laba bersih periode berjalan hingga triwulan III-2022 senilai Rp7,48 miliar. Jumlah ini melesat 179,1 persen dibanding raihan laba bersih SBMA per triwulan III-2021 lalu, yang sebatas Rp2,68 miliar.
Rini menambahkan bahwa langkah yang telah diambil Perseroan saat ini melalui ASP yang akan dioperasikan secara bertahap hingga lima tahun ke depan. Harapannya dengan efesiensi yang terjadi dan efektivitasnya akan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang selama ini belum disupport oleh kapasitas terpasang Perseroan saat ini.