IDXChannel - Harga emas turun 2,55 persen pada perdagangan di awal pekan, Senin (22/4/2024), di level USD2.330 per troy ons, mundur dari rekor tertinggi baru (new all-time high/ATH) seiring meredanya kekhawatiran akan konflik antara Iran dan Israel.
Pada perdagangan Selasa (23/4), melanjutkan penurunan 0,86 di level USD2.313 per troy ons pada pukul 9.14 WIB.
Sebelumnya, emas naik melampaui USD2.410 per troy ons pada Jumat (19/4) dan menyentuh level ATH baru.
Emas sempat melesat 1,25 persen karena investor berbondong-bondong memborong aset safe-haven yang didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah.
Secara mingguan, emas sudah terkoreksi 2,14 persen dan secara bulanan masih menguat 7,39 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Hal ini mendorong investor untuk beralih dari perdagangan safe-haven ke aset-aset yang lebih berisiko, menyusul sikap Teheran yang meremehkan serangan drone balasan Israel terhadap Iran, dalam upaya meredakan ketegangan.
Selain itu, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan pada Jumat lalu bahwa kemajuan dalam penurunan inflasi telah "terhenti" tahun ini, menyimpang dari prediksi sebelumnya.
Kondisi ini membatasi daya tarik aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas berkurang dengan ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi.
Investor kini menunggu rilis laporan pengeluaran konsumsi pribadi AS pada hari Jumat untuk mencari indikasi mengenai potensi penurunan suku bunga AS.
Sebelumnya, harga emas terus melambung karena investor terus memantau situasi di Timur Tengah setelah Israel dikabarkan menghantam pangkalan nuklir Iran. Namun, berita tersebut ternyata tidak benar adanya.
Sebelumnya, hubungan Iran dan Israel memanas usai Gedung Putih dan Israeli Defense Forces (IDF) melaporkan Iran telah melancarkan serangan drone dan rudal secara signifikan terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024).
Dipicu kekhawatiran akan kondisi tersebut, membuat harga emas terkerek ke level yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Lembaga keuangan HSBC sebelumnya memperkirakan harga emas bisa menembus angka USD1.975-USD2.500 per troy ons pada 2024.
“Meningkatnya risiko geopolitik secara signifikan mendukung emas karena konflik panas dan rekor jumlah pemilu tahun ini, menjaga risiko tetap tinggi,” kata HSBC dalam sebuah catatan.
Sementara melansir Trading Economics, emas diperkirakan diperdagangkan pada USD2.273,85 per troy ons pada akhir kuartal ini, menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi analis.
Ke depannya, Trading Economics memperkirakan logam mulia ini akan diperdagangkan pada USD2.341,4 per troy ons dalam waktu 12 bulan.
Selain itu, melansir Investing.com, kekhawatiran terhadap tingkat suku bunga AS masih terus terjadi. Sinyal pengetatan The Fed membuat kinerja dolar stabil mendekati level tertinggi dalam lima bulan.
Sementara imbal hasil (yield) Treasury AS menguat karena para investor masih khawatir terhadap suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pembacaan inflasi yang kuat pada Maret dan sinyal hawkish dari pejabat The Fed juga membuat sebagian besar investor mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga pada Juni.
Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menekan harga emas, mengingat skenario seperti itu meningkatkan biaya peluang untuk berinvestasi dalam emas batangan.
Emas juga baru-baru ini melonjak ke wilayah overbought, yang, dengan prospek suku bunga yang kaku, membuat logam kuning rentan terhadap aksi ambil untung alias profit taking. (ADF)