IDXChannel - Indeks saham global mengalami kemerosotan menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), berbanding terbalik dengan dolar AS yang masih stabil. Kondisi ini terjadi karena investor belum berani menanamkan uangnya data tersebut diumumkan.
Pasar mengukur peluang sebesar 69,5 persen dari kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (Bps). Data yang disurvei oleh Reuters menjelaskan, CPI menunjukkan inflasi utama sebesar 8,7 persen, jauh di atas target Fed 2 persen.
Indeks acuan STOXX Eropa turun sebesar 0,43 persen, menyusul penurunan lebih besar yaitu 1,2 persen dari indeks MSCI dari bursa kawasan Asia Pasifik di luar Jepang.
"Saya tidak berpikir pasar telah sepenuhnya mengabaikan variabel-variabel ini. Data inflasi minggu ini pasti akan memberi kita lebih banyak kejelasan tentang prospek kebijakan jangka pendek The Fed."
"Saya tidak berpikir bahwa kita belum melewati pasar beruang - risiko resesi membayangi dan saya tidak berpikir The Fed selesai dengan pengetatan ikat pinggang yang agresif," ujar ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik ex-Jepang di Invesco, David Chao.