IDXChannel - Banyak pengamat menanggapi fenomena Net TV yang dikabarkan bakal melakukan PHK lantaran kondisi keuangan perusahaan yang tidak terlalu sehat. Heru Sutadi Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute misalnya, menyebut bahwa kejadian ini kerap terjadi di industri TV nasional.
"Ini sering terjadi, seperti dulu LaTivi, Spacetoon, BTV dan lain-lain. Dalam jangka pendek mungkin bisa diatasi, tapi dalam jangka panjang mau tidak mau ada rasionalisasi dan bisa jadi ujungnya adalah pergantian pemilik," jelasnya kepada IDX Channel dalam keterangan tertulis (13/8).
Heru menambahkan, secara konten Net TV bagus. Hanya memang persaingan industri televisi nasional sangat ketat, sehingga untuk mendapatkan iklan juga sangat berat persaingannya. Permasalahannya, iklan akan bergantung pada rating dan share tayangan. Menurutnya, pada akhirnya acara bagus, akan kalah dengan acara populer. Inilah yang kemudian menyebabkan operasional perusahaan menjadi berat.
Hampir serupa, Profesor Rhenald Kasali Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia menuturkan, Net TV merupakan stasiun televisi yang menghasilkan program dengan ongkos yang mahal. Kebutuhan biaya produksi sampai biaya gedung perkantoran, membuat tarif iklan yang ditawarkan sangat mahal sehingga sepi peminat. Padahal, di sisi lain hadir televisi generasi baru lewat digitalisasi. Dengan ongkos produksi yang jauh lebih murah, tarif iklan yang ditawarkan pun lebih bersaing.
"Jadi pendekatan produksi program-program TV menjadikan tarif iklan mahal. Digantikan oleh sosial media, oleh para youtuber, Google dan Instagram. Di mana mereka tak produksi sendiri programnya, cukup mengorkestrasi," ujarnya, Selasa kemarin (13/8).