Hingga kuartal III-2024, FAST juga mencatat kerugian Rp559 miliar, membengkak 2,7 kali lipat dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp152 miliar. Soal bottom line, Wachjudi menilai adanya perbaikan seiring dengan peningkatan penjualan akhir tahun.
"Dapat saya sampaikan, target kami untuk kerugian akhir 2024 mungkin 2024 mungkin tidak akan lebih dari apa yang sudah kita alami per September 2024, tentu karena adanya peningkatan penjualan yang cukup baik," katanya.
Wachjudi mengakui kinerja operasional dan keuangan FAST ikut terdampak kondisi geopolitik Timur Tengah, terutama terkait perang Israel-Palestina. Kondisi ini terjadi sejak kuartal III-2023 dan terus berlangsung hingga saat ini.
Dia berharap seruan boikot segera berakhir karena di samping perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha nasional, keluarga Gelael dan Anthoni Salim, perseroan juga aktif membantu perjuangan rakyat Palestina, baik secara langsung maupun tak langsung.
"Terhadap seruan-seruan (boikot) ini, kita berempati. Kita tidak melawan secara aktif melawan boikot. Kita berempati terhadap dampak yang terjadi di Timur Tengah. Di awal, kita juga sangat aktif terhadap kegiatan kemanusiaan PMI, berpartisipasi sebagai donatur. Kita juga berpartisipasi membuka dan mensponsori dapur-dapur umum di Timur Tengah untuk pengungsi Palestina," kata Wachjudi.
(Rahmat Fiansyah)