Kenaikan ini ditopang oleh penambahan armada operasi dan pembukaan lokasi penambangan baru. Langkah tersebut memperlihatkan dampak positif dalam mendorong kinerja produksi perusahaan.
Sementara itu, ekspor timah perusahaan pada tahun ini mencapai 91 persen dari total produksi, dengan Singapura menjadi pasar utama (16 persen). Disusul Korea Selatan (15 persen), India (11 persen), Jepang (10 persen), Amerika Serikat (9 persen), dan Belanda (8 persen).
Sebelumnya, TINS melaporkan pendapatan sebesar Rp8,25 triliun hingga September 2024, meningkat 29 persen dibandingkan Rp6,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini didukung oleh lonjakan harga jual rata-rata logam timah sebesar 15 persen, dari USD27.017 per metrik ton pada kuartal III-2023 menjadi USD31.183 per metrik ton pada periode yang sama 2024.
Saham TINS pada perdagangan hari ini (22/11) hingga pukul 10.41 WIB terpantau turun 1,54 persen di Rp1.275.
(Fiki Ariyanti)