Adapun proyeksi tersebut berdasarkan sejumlah asumsi yakni, penambahan 20 set kapal tunda dan tongkang, serta dua kapal floating crane dilakukan dalam kurun tiga tahun. Dalam hal ini, perseroan akan merogoh kocek sebesar USD90 juta.
Kemudian asumsi pendapatan per armada sebesar Rp1,1 miliar per bulan untuk kapal tunda dan tongkang, setara PT Trans Logistik Perkasa yang memiliki pendapatan per armada terendah dibandingkan TPMA dan BEST.
Asumsi pendapatan per armada juga sebesar USD7 miliar per bulan untuk kapal floating crane, setara dengan pendapatan per armada floating crane TPMA. Serta, asumsi margin laba bersih sebesar 30 persen dan mengurangi kepentingan non-pengendali sebesar 49 persen.
“Jika TOP telah merampungkan seluruh akuisisi armadanya, kami mengestimasikan pendapatan dan laba bersih TPMA dapat bertambah masing-masing sebesar USD26,8 juta dan USD4,1 juta, setara 29,5 persen dan 14,7 persen dari estimasi pendapatan dan laba bersih TPMA tahun ini,” lanjut Stockbit Sekuritas.
Dalam pembentukan PT Trans Ocean Permata, perseroan memiliki 51 persen saham dari modal disetor dan PT SIM memiliki 49 persen dari modal disetor. Penyetoran modal awal untuk mendirikan perusahaan patungan tersebut sebesar Rp20 miliar.
(DESI ANGRIANI)