Meski Sedang Downtrend, Saham Sektor Konstruksi Masih Overweight
Di tengah utang yang tinggi dan kinerja keuangan yang merosot, saham emiten BUMN karya juga berada di masa downtrendatau penurunan kinerja sejak pandemi Covid-19 pada 2020.
Adapun menurut data Yahoo Finance, saham ADHI pernah terkontraksi hingga menyentuh Rp416/saham pada 27 Maret 2020. Masih di bulan dan tahun yang sama, harga saham beberapa emiten konstruksi lainnya juga anjlok berjamaah.
Sebut saja WSKT yang mencatatkan penurunan harga saham hingga level Rp401/saham pada periode 20 Maret 2020. Selain itu, WIKA juga ambles dari Rp1.875/saham pada 28 Februari 2020 menjadi Rp830/saham di perdagangan 20 Maret 2020.
Tak hanya ketiga emiten tersebut, PTPP juga mengalami hal sama, yakni anjlok di level Rp555/saham pada perdagangan 20 Maret 2020 dari Rp1.410/saham pada perdagangan 21 Februari 2020.
Selain dalam masa downtrend, saham BUMN karya secara year to date (YTD) masih berada di zona merah. Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan sesi I, Kamis (24/8) mencatat, saham yang memerah yakni WIKA (minus 5,88 persen) dan ADHI (minus 10,61 persen).
Sementara saham WSKT juga terkontraksi hingga minus 13,39 persen secara YTD. Ini menjadi kinerja saham terburuk di antara emiten BUMN karya lainnya.
Meski didominasi kinerja saham yang merosot, PTPP masih mencatatkan kinerja positif yang bertumbuh sebesar 1,52 persen sepanjang 2022.
Kendati demikian, prospek saham emiten BUMN karya masih diramal cerah seiring adanya katalis positif dari pembangunan ibu kota negara baru atau IKN yang melibatkan emiten-emiten ini.
Keterlibatan perusahaan konstruksi dalam menggarap proyek IKN tentunya bisa menjadi sentimen positif bagi kinerja perseroan hingga pergerakan sahamnya.
Adapun riset BRI Danareksa Sekuritas bertajuk “Equity Research Construction” yang diterbitkan pada Jumat (12/8) lalu juga memproyeksikan sentimen positif dari agenda ini.
Dalam riset tersebut turut disampaikan, kepastian pengembangan proyek di 2023-2024, pencapaian kontrak baru yang lebih tinggi tahun ini, dan dukungan pemerintah terhadap peningkatan likuiditas dan profitabilitas proyek dapat membantu sektor ini tumbuh positif kedepannya.
Senada dengan BRI Danareksa Sekuritas, riset Mirae Asset Sekuritas pada 23 Mei lalu, yang bertajuk “Construction, 2H22 Outlook: The Story Remains Intact” juga memberikan rating overweight bagi sektor ini.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.