Pastikan perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dengan laba bersih yang stabil atau meningkat. Anda juga perlu mengecek kredibilitas dan rekam jejak direksi perusahaan. Perusahaan dengan dividen stabil dan arus kas sehat lebih aman untuk investasi jangka panjang.
2. Diversifikasi Portofolio Saham
Jangan menaruh semua dana investasi hanya pada satu saham atau satu sektor industri. Diversifikasi dapat mengurangi risiko kerugian karena jika satu saham turun, saham lainnya bisa menopang portofolio Anda.
Saham dari perusahaan besar dan stabil, seperti saham dalam kategori blue chip bisa jadi pilihan yang baik dalam investasi. Anda juga bisa mendiversifikasi portofolio saham dalam sektor yang berbeda. Misalnya, kombinasi saham sektor perbankan, consumer goods, dan energi.
3. Gunakan Stop Loss untuk Mengendalikan Kerugian
Stop loss adalah fitur yang memungkinkan Anda menjual saham secara otomatis ketika harga turun ke level tertentu. Hal ini penting untuk membatasi potensi kerugian yang lebih besar.
4. Hindari FOMO dan Keputusan Emosional
Banyak investor mengalami kerugian karena FOMO (Fear of Missing Out), yaitu takut ketinggalan tren saham yang sedang naik. Hal ini justru bisa menyebabkan pembelian saham di harga terlalu tinggi. Sebaliknya, jangan membeli saham hanya karena sedang viral. Lakukan analisis sebelum membeli dan tetapkan target harga beli dan jual sejak awal.
5. Gunakan Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk Investasi Jangka Panjang
Dollar-Cost Averaging (DCA) adalah strategi dengan membeli saham secara rutin dalam jumlah tetap, terlepas dari harga pasar. Ini membantu mengurangi risiko membeli di harga puncak.