IDXChannel - Indeks utama Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan Selasa (8/4/2025) waktu setempat. Indeks S&P mengalami aksi jual besar-besaran dan berada ke level di bawah 5.000 untuk pertama kalinya dalam hampir setahun.
S&P 500 berakhir turun 1,57 persen ke 4.982, Dow Jones Industrial Average (.DJI) merosot 0,84 persen di 37.645,59, dan Nasdaq Composite (.IXIC) jatuh 2,15 persen ke 15.267,91.
S&P 500 telah kehilangan nilai pasar USD5,83 triliun atau kerugian empat hari terbesar sejak indeks tersebut diluncurkan pada 1950-an, menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengenai tarif global yang besar terhadap mitra dagang AS pada Rabu pekan lalu.
Harapan investor memudar terkait penundaan atau penangguhan tarif. Tarif resiprokal AS akan memasuki tenggat waktu Rabu (9/4/2025) tengah malam.
Selain itu, ekspektasi segera berakhirnya volatilitas ekstrem di pasar saham juga pupus usai seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, AS akan segera mengenakan tarif pada China setinggi 104 persen.
Sementara Perdana Menteri China, Li Qiang mengatakan, negaranya memiliki banyak alat kebijakan untuk sepenuhnya mengimbangi guncangan eksternal yang negatif.
“Volatilitas mencerminkan situasi baru, di mana tidak seorang pun tahu apa jalan aturannya, atau bahkan apa tujuan yang diinginkan,” kata Que Nguyen di Research Affiliates LLC, mengutip Bloomberg, Rabu (9/4/2025) waktu Jakarta.
“Sampai investor menyetel ulang ekspektasi atau aturan dan tujuan tersebut dipahami dengan lebih baik, pasar akan terus berayun liar antara harapan dan ketakutan,” ujarnya.
Di seluruh pasar dunia, investor telah dicengkeram kekhawatiran bahwa sesuatu mungkin rusak dalam sistem keuangan di tengah volatilitas lintas aset, yang memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin perlu mempercepat pemangkasan suku bunga untuk mencegah resesi, bahkan dengan kekhawatiran inflasi yang merajalela.
Di seluruh pasar dunia, investor telah dicengkeram oleh kekhawatiran bahwa sesuatu mungkin rusak dalam sistem keuangan di tengah volatilitas lintas aset, yang memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin perlu mempercepat pemotongan suku bunga untuk mencegah resesi bahkan dengan kekhawatiran inflasi yang merajalela.
"Tarif mulai berlaku besok, jadi itulah titik awal negosiasi," kata Andrea DiCenso, salah satu manajer portofolio Tim Strategi Alpha di Loomis, Sayles & Co.
"Kita akan terus dihujani berita utama, setiap hari, sepanjang hari: Dengan siapa pemerintah (AS) bertemu? Apa hasilnya? Lalu kita terus berdebat, dan terus berdebat," ujarnya.
Sementara itu, Ahli strategi BlackRock Inc, Jean Boivin dan Wei Li menurunkan peringkat saham AS pada Senin menjadi netral dari sebelumnya overweight dalam jangka waktu tiga bulan.
Dan mereka memperkirakan lebih banyak tekanan pada aset berisiko dalam waktu dekat, mengingat meningkatnya ketegangan perdagangan global.
(Fiki Ariyanti)