Melansir Investing, Kamis (2/1/2025) waktu Jakarta, sejumlah analis optimistis S&P 500 akan menyentuh kisaran 6.000 hingga 7.000 poin pada akhir tahun ini, dibandingkan penutupan terakhirnya di level 5.881 pada akhir Desember lalu.
Di sisi lain, kekhawatiran muncul seiring pemerintahan baru di bawah Donald Trump berpeluang menerbitkan lebih banyak utang untuk membiayai kebijakan-kebijakan ambisiusnya.
Langkah ini dikhawatirkan dapat meningkatkan volatilitas pasar, terutama saat imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun kini berada di dekat level tertingginya dalam delapan bulan terakhir.
Secara makro, pasar juga mengamati data dari Departemen Tenaga Kerja AS yang menunjukkan klaim pengangguran baru turun menjadi 211.000 pada pekan terakhir Desember, lebih rendah dari perkiraan konsensus 222.000.