sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Wall Street Pekan Depan Antisipasi Sentimen Black Friday, Daya Beli Jadi Ujian

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
22/11/2025 21:46 WIB
Agenda Black Friday akan menjadi pembuka musim belanja akhir tahun. 
Wall Street Pekan Depan Antisipasi Sentimen Black Friday, Daya Beli Jadi Ujian
Wall Street Pekan Depan Antisipasi Sentimen Black Friday, Daya Beli Jadi Ujian

IDXChannel - Investor bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street pekan depan bakal menaruh perhatian lebih besar pada daya beli konsumen. Pasalnya, agenda Black Friday akan menjadi pembuka musim belanja akhir tahun. 

Saat sentimen pasar pada November masih tersendat menyusul dampak shutdown, maka data belanja konsumen menjadi kompas utama investor jelang tutup tahun.

Data aktivitas warga Negeri Paman Sam ini kembali menjadi sorotan karena sektor ini menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi Amerika Serikat. 

Pekan libur Thanksgiving—diikuti Black Friday, dan rangkaian promosi hingga akhir tahun—diantisipasi menjadi rujukan penting untuk membaca kekuatan konsumsi masyarakat.

"Dari sisi sentimen, pembacaan awal yang kita antisipasi adalah Black Friday dan Cyber Monday, karena minimnya data yang tersedia, akan menjadi penting," kata Chief Market Strategist Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano, dilansir Investing, Sabtu (22/11/2025).

Fasciano menambahkan periode belanja sepanjang akhir tahun akan menjadi data indikasi posisi konsumen saat ini dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi. 

Kinerja pasar diyakini ikut memengaruhi perilaku belanja kelompok berpendapatan tinggi yang memiliki paparan lebih besar pada saham. 

"Jika terjadi penurunan lantaran banyak kekayaan kelompok berpendapatan tinggi tersimpan di pasar saham, maka ini jadi menarik untuk melihat apakah pola belanja mereka tetap sama seperti sebelumnya,” ujar Global equity strategist Wells Fargo Investment Institute, Doug Beath.

Proyeksi National Retail Federation menunjukkan penjualan ritel akhir tahun di Amerika bisa menembus USD1 triliun untuk pertama kalinya. 

Namun, proyeksi pertumbuhan November–Desember hanya berada di kisaran 3,7 persen hingga 4,2 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 4,3 persen tahun lalu.

Pekan depan, investor juga menunggu rilis data penjualan ritel AS untuk September yang ikut tertunda akibat penutupan pemerintah selama 43 hari. 

Deretan data yang menumpuk dinilai berpotensi menambah volatilitas pasar, terutama dalam membaca peluang pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve yang akan menggelar pertemuan pada 9-10 Desember 2025.

(Nur Ichsan Yuniarto)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement