Hingga Oktober, kata dia, WSKT masih mengandalkan proyek-proyek pemerintah dan BUMN dengan porsi hampir 90 persen.
Sementara itu, kata dia, kontrak baru Waskita sekitar 99 persen memakai metode pembayaran non-turnkey. Rudi mengklaim, metode pembayaran ini bakal mendukung struktur permodalan Waskita, baik dari sisi operasional maupun likuiditas.
"Jadi kami akan mendapatkan uang muka yang cukup besar, kalau kontrak baru Rp14,5 triliun itu berarti Rp10-Rp11 triliun itu bisa kita dapatkan di depan," katanya.
Saat ini, BUMN konstruksi itu tengah mengerjakan 69 proyek berjalan dengan total nilai kontrak mencapai Rp44,4 triliun. Sebagian besar atau 66 persen proyek tersebut berasal dari segmen Konektivitas, kemudian sebanyak 21 persen Sumber Daya Air, 17 persen Gedung dan 2 persen EPC anak usaha.
(Rahmat Fiansyah)