“Penurunan penjualan di semester I tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 disebabkan oleh beberapa hal. Namun, tidak seperti biasanya pada tahun 2020 Perseroan membukukan penjualan yang cukup tinggi pada semester I yang disebabkan carry over penjualan untuk pengadaan peralatan pendidikan tahun 2019, sehingga penjualan semester I tahun 2020 sangat tinggi,” ujar Timothy Siddik selaku Direktur Utama Perseroan, Senin (30/8/2021).
Zyrex mengalami penurunan penjualan sebesar 49% secara yoy dari Rp162,6 miliar di tahun 2020 menjadi Rp82,6 miliar di tahun 2020. Penurunan Penjualan turut menurunkan Laba Bersih tahun berjalan sebesar 90% dari Rp32,3 miliar di tahun 2020 menjadi Rp3,5 miliar di tahun 2020.
Adapun laba bersih per saham atau Earning Per Share (“EPS”) di tahun 2021 sebesar Rp2,95 turun dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp71,6. Dengan menurunnya Penjualan, Beban Pokok Pendapatan Perseroan tercatat turun 38,3% yoy dari Rp105,6 miliar menjadi Rp65,2 miliar, sehingga Perseroan berhasil mengantongi Laba Kotor sebesar Rp17,5 Miliar, turun 69,37% yoy dari Rp57 miliar di tahun 2020.
Penurunan laba bersih juga disebabkan oleh biaya pasca Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) yang cukup besar. Selain itu, terdapat kenaikan beban bunga pinjaman yang cukup signifikan, di mana pinjaman tersebut digunakan untuk pembelian bahan baku laptop.
(NDA)