2. Mengerti Dana Darurat
Sebagian besar responden survei juga memahami pentingnya dana darurat dan telah menabung untuk dana darurat. Sebanyak 36 persen mengaku sudah memiliki dana darurat cukup, dan 38 persen sudah memiliki dana tetapi merasa belum cukup.
Sebanyak 37 persen mengaku sudah mulai berinvestasi untuk mencapai target finansial, dan 21 persen mengaku baru mulai berinvestasi tetapi belum menentukan target yang ingin dicapai.
Ini menandakan sebagian gen Z sudah memiliki literasi keuangan dan investasi yang cukup, sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025 OJK dan BPS yang menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan di kalangan gen Z mencapai 70-an persen.
3. Budget Conscious Shopper
Meskipun generasi ini sering diidentikkan dengan perilaku FOMO dan gaya hidup boros, nyatanya tidak semua berperilaku demikian. Sebanyak 50 persen dari responden mengutamakan harga sebagai faktor utama yang dipertimbangan dalam belanja.
Mereka sangat menyadari keterbatasan budget, oleh sebab itu mereka berupaya memanfaatkan promo dan cermat membandingkan harga produk dari beberapa toko dan platform e-commerce.
Harga dan promosi adalah dua faktor yang menjadi pertimbangan utama para responden dalam memilih barang sebelum dibeli.
4. Mempertimbangkan Review/Testimoni
Sebanyak 50 persen responden mempertimbangkan masukan dari testimoni konsumen lainnya, bahkan 59 persen responden mengaku membeli produk setelah menonton ulasan produk di YouTube dan TikTok.
Sebanyak 57 persen responden mengaku mempertimbangkan testimoni dari influencer yang dipercayainya. Tak mengherankan bila banyak brand bekerja sama dengan influencer untuk memasarkan produknya ke kalangan gen Z.
Saat ini banyak YouTuber dan TikTokers yang kerap membuat konten ulasan-ulasan produk elektronik, produk kecantikan, dan produk-produk lainnya.
5. Memanfaatkan Fasilitas BNPL
BNPL atau ‘buy now pay later’ adalah fasilitas kredit yang diberikan platform e-commerce atau pihak ketiga lainnya kepada konsumen untuk membeli barang secara kredit tanpa kartu kredit dari bank.
Layanan paylater mempermudah konsumen untuk mendapatkan barang dengan skema angsuran. Meskipun gen Z memanfaatkan BNPL, responden dalam survei ini umumnya membatasi pemakaian maksimal kurang dari 25 persen dari total pengeluaran bulanan.
Sedikit di antaranya menghabiskan lebih dari 25 persen untuk belanja dengan paylater. Namun demikian, sebanyak 95,7 persen responden menyadari dan mengkhawatirkan efek paylater terhadap belanja secara impulsif dan berlebihan.
Menunjukkan bahwa sebagian gen Z memang menyadari dampak negatif kemudahan berbelanja melalui layanan paylater terhadap pola spending habit-nya masing-masing.
Meskipun gen Z digambarkan sebagai anak muda yang cenderung boros, nyatanya tidak semua berperilaku boros dan impulsif. Dengan rentang usia yang bervariasi, sebagian di antaranya justru telah memiliki kesadaran finansial yang baik.
Itulah beberapa fakta unik tentang gaya finansial gen Z.
(Nadya Kurnia)