2. Pengaruh Cahaya Matahari
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Terman dan Terman (2005), dijelaskan bahwa paparan cahaya matahari memiliki dampak besar terhadap produksi hormon serotonin di otak, yang berperan dalam mengatur mood. Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan cahaya matahari dapat menyebabkan gangguan afektif musiman (Seasonal Affective Disorder, SAD), yang ditandai dengan perasaan depresi dan kehilangan motivasi, terutama selama musim dingin atau di daerah dengan sedikit sinar matahari. Sementara itu, paparan sinar matahari yang cukup dapat meningkatkan kadar serotonin, sehingga meningkatkan suasana hati dan energi.
Cahaya matahari juga berhubungan dengan pengaturan ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang mengatur pola tidur dan bangun. Ketika tubuh terpapar cahaya matahari di pagi hari, ia dapat membantu tubuh merasa lebih segar dan siap untuk bekerja, meningkatkan produktivitas.
3. Pengaruh Cuaca pada Mood
Cuaca yang mendung atau hujan sering kali berhubungan dengan penurunan mood pada banyak orang. Menurut Witter, et al. (1987), cuaca yang mendung dapat menyebabkan penurunan kadar serotonin dan melatonin dalam tubuh, yang dapat membuat seseorang merasa lebih cemas, lesu, atau bahkan depresi. Cuaca cerah, di sisi lain, seringkali meningkatkan mood dan motivasi untuk bekerja karena paparan sinar matahari memberikan efek positif pada otak.
Namun, pengaruh cuaca terhadap mood sangat bervariasi antar individu. Beberapa orang mungkin merasa lebih produktif dan tenang saat cuaca mendung atau hujan, sementara yang lain mungkin merasa lebih bersemangat dan aktif di bawah sinar matahari.
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara ilmiah cuaca memang bisa memengaruhi mood dan produktivitas seseorang. Meski demikian, pengaruhnya pada masing-masing individu tentunya berbeda-beda.