IDXChannel—Butuh uang berapa banyak agar bisa bahagia? Standar kebahagiaan dan kemapanan tiap individu berbeda satu sama lain, sebab kebutuhan dan keinginan tiap orang pun berbeda-beda.
Ada individu yang dapat merasa bahagia, aman secara finansial, dan tenang ketika memiliki dana darurat yang cukup untuk berjaga-jaga, ada juga yang merasa mapan cukup dengan mampu memenuhi kebutuhan bulanan.
Ada pula individu yang baru bisa bahagia dan merasa tenang ketika memiliki uang dalam jumlah besar agar merasa aman seutuhnya secara finansial. Namun ada pula individu yang sulit merasa bahagia, tak peduli sebanyak apa pun uang telah terkumpul di rekeningnya.
Rasa bahagia yang dialami tiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik eksternal maupun internal.
Kedua faktor ini saling terhubung. Contoh faktor eksternal misalnya: kebutuhan tetap yang harus dipenuhi tiap bulan, jumlah beban finansial yang harus ditanggung, kondisi ekonomi personal terkini, dan sebagainya.
Sementara faktor internal berasal kondisi psikologis, yang lagi-lagi dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagai contoh, orang yang sejak kecil mengalami kesulitan mungkin saja bisa berbahagia dengan jumlah uang secukupnya.
Namun bisa juga orang yang kesulitan finansial ini memiliki trauma, sehingga ketika dewasa dia mengejar kemapanan mati-matian. Sehingga memiliki target kemapanan finansial yang sangat tinggi, agar tidak lagi merasakan hidup serba susah.
Sementara orang yang sejak kecil hidup nyaman secara finansial, memiliki patokan nilai tertentu agar dapat hidup dengan tenang karena terbiasa nyaman. Sehingga sulit menurunkan standar kemapanan finansialnya untuk merasa cukup dan bahagia.
Butuh Uang Berapa Agar Bisa Bahagia: Perbedaan Hasil Riset
Mengutip Forbes (4/11), pemenang hadiah nobel ekonomi Daniel Kahneman dan Angus Deaton menggelar studi pada 2010 terhadap 450.000 penduduk Amerika untuk mengukur hubungan antara pendapatan dengan kesejahteraan emosional dan kepuasan hidup.
Studi itu menyimpulkan bahwa kebahagiaan partisipan (penduduk Amerika) meningkat dengan pendapatan senilai USD75.000, atau Rp1,18 miliar jika dikonversi. Melampui nominal itu, peningkatan pendapatan tidak lagi memengaruhi kebahagiaan.
Alasannya, keduanya mendapati bahwa bagi orang-orang dengan pendapatan rendah, memenuhi kebutuhan pokok adalah hal yang sulit, dan kesulitan finansial ini pada akhirnya memengaruhi kondisi emosi individu.
Seperti diketahui, kondisi kekurangan uang yang parah dapat membuat seseorang stress, mudah sakit, mudah cemas, sulit menikmati waktu, dan sebagainya. Namun begitu seseorang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya, pendapatan pemasukan tak lagi membuat orang tersebut bahagia.
Sebab kesulitan finansial tersebut telah teratasi begitu pendapatannya meningkat, apalagi jika kondisi finansialnya benar-benar mapan dan merdeka. Bagi orang-orang seperti ini, berhasil memenuhi kebutuhan adalah salah satu sumber kebahagiaan yang berharga.
Maka begitu kesulitan finansial telah sirna, gaji bertambah tidak lagi membuat orang tersebut merasa senang, sebab kebahagiaannya telah terwujud. Namun demikian peningkatan pendapatan ini tetap dapat membuat seseorang puas dengan hidupnya.
Sebab peningkatan gaji secara positif dikorelasikan dengan pencapaian dan kesuksesan karier, dan kedua hal tersebut dapat mendorong kepuasan hidup seseorang.
Namun survei lain dilakukan oleh Profesor Matthew Killingsworth dari University of Pennsylvania terhadap 34.000 partisipan dan diluncurkan pada 2021, justru menunjukkan hasil yang berbeda dengan survei sebelumnya.
Yakni, pendapatan yang lebih tinggi berkaitan erat dengan rasa bahagia yang lebih besar dan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Kemudian pada 2023, Kahneman dan Killingsworth melakukan studi kolaboratif untuk memperbaiki pengukuran ini.
Studi kolaboratif itu mendapati bahwa uang yang semakin banyak berkaitan dengan peningkatan kebahagiaan bagi sebagian besar orang. Artinya, mayoritas partisipan merasa bisa semakin bahagia ketika pendapatannya bertambah.
Sementara sebagian kecil di antaranya merasa tidak lagi bahagia ketika pendapatan menyentuh USD100.000. Killingsworth berpendapat, “Jika Anda kaya raya namun menderita, uang yang semakin banyak tak akan banyak membantu (ketenangan atau rasa bahagia).”
Lalu, berapa uang yang harus dimiliki orang Indonesia agar merasa bahagia?