Hal ini terjadi karena anak-anak muda selalu menyerap berbagai informasi atau berita buruk secara terus menerus di media sosial sehingga mereka merasa bahwa kondisi ekonomi sedang kacau. Banyak dari generasi muda ini kemudian mengalihkan perasaan stres dan tertekan mereka ke bentuk berbelanja yang impulsif.
Berdasarkan data Intuit Credit Karma, dari 1.000 orang sebanyak 96 persen orang Amerika khawatir tentang kondisi ekonomi saat ini dan lebih dari seperempatnya melakukan doom spending untuk mengatasi stres.
Fenomena doom spending juga mulai muncul di Indonesia. Menurut pengamat, anak-anak muda selalu rentan terhadap pengeluaran berlebihan karena mereka berjuang dengan tekanan sosial dan pembentukan identitas.
Apalagi, sekarang mereka lebih rentan terhadap kekuatan komersial daripada sebelumnya karena situasi ekonomi yang sulit. Ditambah meningkatnya penggunaan smartphone dan media sosial, serta skema “buy now pay later” membuat kebiasaan doom spending ini lebih cepat merebak.
Doom spending gen z ini bisa memberikan dampak negatif, terutama pada kondisi keuangan. Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi akibat dari doom spending ini antara lain sebagai berikut.