IDXChannel - Tak hanya umat Muslim, bulan suci Ramadan juga disambut penuh sukacita oleh pedagang takjil. Apalagi mereka yang membuka lapaknya di sepanjang jalan Jaksa dan Sabang, Jakarta Pusat. Dalam sehari mereka bisa cuan antara Rp300-500 ribu dalam satu hari.
Ya, hal itu berkat kebiasaan berburu kuliner saat berbuka puasa. Dengan adanya rutinitas mencari tajkil tersebut, maka pemandangan penjual aneka gorengan, seperti bakwan, tahu isi, mendoan, risoles, martabak telor dan lainnya.
Tak hanya itu, ada juga yang menjual es buah, kolak ubi dan pisang kerap dijumpai di pinggir jalan. Salah satunya seperti di Jalan Jaksa dan Sabang, Jakarta Pusat.
Berdasarkan pantauan tim IDX Channel, Selasa (13/4/2021), beberapa penjual terjejer di pinggir jalan, namun tetap memperhatikan protoko kesehatan. Jarak antak pedagang satu dan lainnya berjauhan, sehingga tak menciptakan kerumunan.
Namun sayangnya, di antara para pembeli yang membeli cemilan untuk berbuka puasa tersebut nampak ada yang tak mengenakan masker. Meski begitu, para penjual terlihat mematuhi protokol kesehatan.
Salah satu penjual es buah, Komar mengaku meski di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Ibu Kota, tetapi antusiasme para pekerja dan masyarakat sekitar membeli takjil sudah terasa di hari pertama Ramadan 1442 Hijriah.
"Sudah ramai sejak buka sekitar jam setengah 4 tadi," ujarnya di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat.
Dia menyebut kerap membawa pulang uang sebesar Rp300.000 hingga Rp500.000 jika memang pembeli sedang ramai. Menurutnya, pandemi tak memengaruhi penjualan secara signifikan, karena memang membeli takjil itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.
"Tahun kemarin saja juga ramai yang beli meski PSBB lebih ketat, karena memburu takjil itu sudah jadi kebiasaan warga di sini," ujarnya.
Sementara itu, penjual gorengan, Afni menyatakan dagangannya tetap diburu pembeli meski di tengah situasi Pandemi Covid-19. Dirinya yang sudah berjualan takjil di Jalan Sabang sejak 5 tahun lalu menyebut bahwa pembatasan aktivitas yang masih diberlakukan tak memengaruhi penjualan makanannya.
"Dari tahun lalu contohnya sejak Covid-19 baru-baru melanda saja, penjualan tetap ramai," kata dia.
Dia berharap penjualan terus laris hingga bulan suci nanti berakhir. Wanita yang masih berusia 20 tahun itu menjajakan gorengannya dengan harga relatif murah, berkisar dari Rp2.000 hingga Rp3.000.
"Semoga Ramadan tahun ini membawa keberkahan. Jadi diharapkan tahun ini keadannya membaik dan memberi keuntungan berlipat bila dibandingkan tahun lalu," katanya. (TYO)